Perempuan dan Bekerja

 Beberapa hari lalu aku ada tugas untuk bekerja di Jakarta Selatan dan masuk pukul 07.30. Dan aku sekarang bertempat tinggal dimana? Bogor kota. Kebayang dong jauhnya kayak gimana. Berangkat dari kost pukul 05.15 langsung motoran ke Stasiun Bogor. Sampai sana sudah standby 3 kereta yang akan berangkat tapi tidak ada tempat duduk tersisa. Bahkan untuk kereta yang berangkat dari stasiun itu sudah berkapasitas 60% dari kapasitas maksimum (penuh banget sampai berdiri nggak perlu pegangan). Orang yang naik dari Bojong Gede itu buat kapasitasnya terisi 95%, stasiun berikutnya tinggal ambil hikmahnya aja. Karena kedorong-dorong ya pernah dapat posisi yang berdiri tanpa pegangan itu. Karena turun sebelum Stasiun Manggarai, ya kesumpekan itu terjadi selama 1 jam perjalananku dari naik sampai turun. Setelah itu langsung cari ojek online buat ke kantor. Jalanan so far masih masuk akal, macet biasa lah. Mungkin kalau ada kecelakaan baru macet banget. Bisa sampai kantor pukul 07.00 lebih dikit.

Tapi ternyata waktu pulang adalah waktu terkacau. Ojek online jarang banget yang mau ambil karena posisi juga gerimis. Plus macetnya masyaAllah. Waktu dan biaya ojeknya 2x lipat dari waktu berangkat. Senang dikit bisa liat SCBD yang emang keren itu. Tapi indah semenit tidak membuat perjalanan setengah jam macet ke stasiun jadi lebih indah. Bahkan ketika dilewatkan melalui jalan tikus, jalannya juga macet. "Ya Allah Ya Allah" lah aku sebagai warga Semarang yang lama di Bogor.

Sampai stasiun udah jam 6 lebih, sholat maghrib dulu, lalu memaksakan diri untuk masuk ke kereta yang datang pertama. It's literally crazier than the morning's train. Udahlah penuh, orang pulang kerja kan kurang wangi juga, dan orang capek semua kan. Sedikit-sedikit emosi dan individual rebutan kursi. Berdiri sepanjang perjalanan rasanya kayak mau pingsan. Tapi aku lihat orang di sekitarku banyak mbak-mbak pekerja, ibu-ibu PNS, anak sekolah, bapak-bapak juga ada. Aku berfikir, gaji mereka berapa ya sampai mau melakukan ini setiap hari. Sampai kos sudah pukul 8 malam. Itu pertama kali aku bilang ke Mama, "Ma, nanti kalau aku capek kerja, aku berhenti nggakpapa ya."

Aku merenungi kembali beberapa keputusan yang aku ambil dalam hidup. Mendalami apa yang aku cari saat ini. Kenapa aku bekerja? Saat ini tentu saja masih uang. Hidup mau nggak mau memang butuh uang. Berhubung saat ini belum ada yang menafkahi dan Ayah juga udah mau pensiun, ya mari dinikmati saja bekerja saat ini. Tapi apa aku memang "mau" bekerja? Untuk saat ini tentu saja. Dari pengalaman bekerja terakhirku, aku merasa aku cukup layak dan berguna dalam bekerja. Saat ini aku memang masih butuh aktualisasi diri. Aku masih mau meningkatkan value diriku, meningkatkan ilmu dan juga gelar. Tapi aku juga berharap one day aku tidak bekerja lagi. Jujur capek, hehe. Dan ku merasa kehadiran seorang ibu dalam rumah tangga itu memang penting. Sebagai seorang anak yang dibesarkan oleh ibu rumah tangga, I really appreciate my mom's presence. Ayahku pun berusaha selalu ada dan dapat diandalkan selama di rumah. If I have a dream to built my home like my family, at least I need to apply the good things first. Aku tidak mengesampingkan ibu yang bekerja, tapi apa yang aku rasakan atas ibu yang di rumah itu menyenangkan (syarat dan ketentuan berlaku). Kembali lagi pada orang-orang yang bekerja Bogor-Jakarta naik kereta tiap hari, apakah memang mereka melakukan itu karena "passion" atau terpaksa? Aku rasa jika untuk aktualisasi diri saja, berdempetan di kereta nggak worth it. Kenapa tidak bekerja di Bogor yang dekat rumah atau pindah rumah ke Jakarta yang lebih dekat tempat kerja. Banyak hal yang menjadi pertimbangan, bisa uang, bisa keluarga. Karena keputusan bekerja memang tidak semudah itu.

Saat ini aku sudah bekerja secara normal, dekat kos. Sementara masih oke, tidak terlalu gedebak-gedebuk. Mari kita jalani "Zahra Bekerja Part 2" ini dengan pagi yang semangat. Kita lihat seberapa lama dia akan bekerja hehe. Bye!

Share:

Penutupan Bagian Dua

 Aku menulis ini di dalam kereta dalam perjalanan pulang ke Semarang setelah menyelesaikan 3,5 tahun bagian kehidupan dewasaku. Aku mengambil sedikit jeda sebelum memulai bagian selanjutnya. Mengambil peran sebagai yang meninggalkan, tidak lagi yang ditinggalkan. Aku mencoba membandingkan, mana yang lebih menyakitkan? Sisi egoisku berkata, aku tidak mau lagi ditinggalkan.

Dua tahun setelah aku menulis babak satu, aku akan melanjutkan pada babak dua ini. Lebih mengenal orang-orang secara perlahan, memaknai setiap pertemuan, saling memberi dan menumbuhkan rasa syukur atas hadirnya mereka. Terima kasih atas usaha untuk mengusahakan <3


Piknik pagi di Kebun Raya Bogor

Mulai rutin badminton di kantor, kali ini coba sewa di Q-Square. Habis itu momgkrong di Solaria belum mandi haha. Nggak cuma cewe-cewe sih cuma nggak ada fotonya :(

Kondangan Mas Aslan ke Cilegon, bareng Mas Irwin dan Mas Greg

Terima kasih Putri dan Nisa teman ngemall dan nge-pump

Photobox ciwi-ciwi menjelang kepulangan Urva. Sekarang sisa Mba Tita dan Arta.

Kondangan Mba Tita dan Mas Nail di Tegal. Cantiknya <3

Sempetin main ke pantai walaupun panas sekali yaa

Lalu mengantar kepulangan Urva di stasiun huhuhu, see you again Urva

Farewell Mas Irwin, Mas Greg, Nisa dan Vay (rombongan banget ya wak)

Terima kasih teman-teman tersayangku yang bersedia mengantar Zahra ke Puncak pertama kali dan ke Kebun Raya Cibodas juga. Last trip with Mba Tita, Arta, Faris, Mas Nail, Mas Irwin.

Appreciation post untuk menutup perjalanan Zahra di MPG


Share:

Selamat Ulang Tahun!

Selamat ulang tahun, untuk perempuan terbaik yang lahir pada 11 Maret.

Kamu sudah melewati usia seperempat abad, yang berarti sudah semakin dewasa dan matang sebagai seorang anak dan kakak. Tapi kamu masih muda sebagai seorang manusia. Ayo lakukan hal yang kamu inginkan! Mendaki gunung, pergi ke Universal Studio, umroh, beli mobil dan rumah, ayo kita usahakan. Jangan dengarkan mereka yang bilang kamu terlalu tua atau terlalu muda.

Aku menyesalkan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Kamu pasti merasakan banyak gejolak emosi naik dan turun. Mungkin kecewa menjadi perasaan paling besar saat ini. Mungkin kamu sudah merencanakan banyak hal, membayangkan banyak cerita, mencoba beberapa kemungkinan. Tidak apa, perasaan itu valid. Semoga hari berikutnya menjadi taman bunga penuh dengan kupu-kupu yang selalu membuatmu merasa senang dan bersyukur. Semoga kamu tumbuh menjadi perempuan yang bisa mengutamakan dan membahagiakan dirimu sendiri, dan menularkan kebaikan itu kepada orang lain. Sebagai hadiah, silakan pilih apapun makanan kesukaanmu. Kita makan bersama setelah ini.

Sekali lagi selamat ulang tahun! Aku akan selalu menyertaimu sampai 100 Ulang Tahun lagi!

Love, Ziy

Share:

Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati? Enggaklah!

 Siapa yang bilang sakit hati lebih sakit pasti belum pernah merasakan sakit gigi bungsu. Kalau sakit hati, at least masih bisa jajan dan makan enak. Tidur juga masih bisa. Tapi kalau sakit gigi? Astaghfirullah.

Berawal di bulan September 2024 gigi belakangku terasa sakit. Dan aku sering merasakan sakit kepala berkelanjutan. Kalau baca-baca sih sakit gigi bisa menyebabkan sakit kepala juga. Aku nggak tau apakah bolong atau nggak. Seingetku cuma pernah tambal gigi sekali dulu banget waktu SMA dan dokternya bilamg lubangnya mah kecil. Cuma aku sudah merasa ini pasti gigi bungsu, entah tumbuh entah bolong. Lalu pergilah aku ke dokter gigi. Dicek tidak ada gigi yang lubang, kemungkinan besar gigi bungsuku yang sedang tumbuh. Cuma gigi ini tuh udah 2 tahunan tumbuhnya niat nggak niat alias cuma muncul crown nya separuh. Aku juga cukup terganggu karenq dia seperti membentuk cekungan dan makanan sering nyelip. Lalu dirujuklah ke dokter bedah mulut. Funfact, diantara pilihan rumah sakit, sudah diberi peringatan sama kliniknya kalau RS Sentra Medika ngantrinya 2 tahun untuk Sp.BM. Akhirnya aku memilih RS Annisa yang Sp.BM nya baru ada.

Untuk kunjungan pertama ke RS Annisa ternyata juga harus waiting list 1 bulan hahaha. Bulan Oktober aku bertemu dokternya, lalu disuruhlah rontgen gigi. Cuma di RS Annisa nggak ada, dipersilakan ke RS lain atau ke RSUD kalau mau gratis. Oiya disclaimer, ini aku menggunakan BPJS ya, jadi harus dari Faskes 1 lalu dirujuk ke Faskes 2 RS Annisa ini.

Aku rontgen di RS FMC langgananku (sayang tidak ada Sp.BM). Hal mengejutkan dari hasil rontgen adalah gigiku kurang satu wkwkwkw. Jujur siapa sih yang ngitungin giginya sendiri ada berapa. Pokoknya itu bikin hah heh hoh dan aku berkali-kali ngitungin gigiku sendiri. Dan memang benar ruas kanan dan kiriku nggak sama jumlahnya. Kembali ke gigi bungsu, ternyata 4 gigi bungsuku impaksi, namun dengan keparahan yang berbeda. 2 yang atas impaksi tapi masih tidak mengganggu yang lain. 2 yang bawah menabrak gigi depannya. Tapi yang menggangguku kiri bawah. Aku bawalah hasil itu ke dokter Sp.BM di kunjungan kedua. Lalu aku dirujuk untuk cek lab, rontgent thorax, lalu konsul ke dokter penyakit dalam.

Kunjungan ketiga aku membawa hasil itu ke Sp.BM dan menyatakan aku bisa operasi cabut gigi bungsu. Dijadwalkanlah tanggal 9 Desember (sekitar 1 bulan setelah kunjungan ketiga ini). Lalu duar, keluarlah jadwal tes CPNS tanggal 9 Desember juga wkwkwkwkwk. Buru-buru reschedule ke RS tapi ternyata nggak bisa. Harus ketemu dokter lagi dulu. Rasanya kesel mau nangis. Posisi sakit gigi, ngantri operasinya lama, harus ngurus dari faskes 1 lagi juga karena masa rujukan abis, plus belum belajar tes CPNS lagi. Hah itu rasanya campur aduk. Yaudahlah berserah kepada Allah, kita tes dulu aja, lalu buat rujukan kemudian.

Tanggal 9 Desember sepulang tes, aku ke klinik lagi untuk buat rujukan ke RS. Ternyata oh ternyata, di RS nggak bisa daftar pakai online lagi. Jadi harus datang ke RS nya, karena kuotanya sedikit sehingga RS langsung plotting jadwalnya. Dapatlah aku jadwal tanggal berapa? Yak 20 Januari 2025. 1,5 bulan wak untuk dapat ketemu dokternya lagi. Ya sudahlah ya, mari kita selesaikan sampai tuntas saja masalah pergigian ini. Tanggal 20 Januari, ketemu dokter membawa berkas yang sebelumnya, alhamdulillah langsung dikasih jadwal operasi, yaitu tanggal 14 Februari. Lumayanlah 3 minggu, sebelum puasa lagi. Aku berdoa semoga tidak ada halangan lain lagi.

14 Februari jam 8 pagi, aku datang ke RS untuk pendaftaran lalu pulang lagi. Jadwal operasiku setelah jumatan. Jam 1 siang aku mask ke ruang dokternya dan operasi disitu. Awalnya gusiku disuntik bius lalu disemprot bius juga. Lalu mulailah proyek ini mulai dari ngebor, nyabut dan lain-lain. Yang cukup buat panik adalah gigiku ini susah banget dicabut. Udah dibor nih sama dokternya, waktu udah dijepit mau ditarik nggak bisa. Udah dioglek-oglek juga nggak bisa. Pokoknya sampai 5x tuh bolak balik sampe pake tang juga. Walaupun sudah dibius tapi masih berasa sakitnya. Apalagi waktu dibor, rasanya akar giginya semakin menghujam ke gusi. Tapi akhirnya berhasil dicabut juga gigi yang berlumuran darah itu. Jujur ini pertama kali aku melihat darah yang banyak berasal dari diriku sendiri. Cukup shocking yah. Lalu ditutup dengan menjahit gusi belakang dan bawah. Operasi selesai sekirar 1 jam. Aku diberi kasa untuk digigit dan kasa ganti untuk hari itu.

Setelah operasi, masih gigit kasa

Pengalaman cabut gigi bungsu ini adalah pengalaman cabut gigi apapun yang pertama. Aku nggak tau apakah cabut gigi biasa emang seheboh ini. Darah yang di kasa beneran banyak banget dan sampai yang hitam gitu padahal aku ganti 1 jam sekali. Setiap meludah isinya darah. Dan bengkaknya juga lumayan ya wak. Kalau sakitnya nggak sesakit itu sih, kayak sakit gigi biasa dan keluarnya nggak setiap saat.

H+2 udah main ke Kebun Raya Cibodas

Satu minggu kemudian, aku datang untuk kontrol dan lepas jahitan. Posisi gigi masih agak sakit namun bengkak sudah jauh berkurang. Begitulah pengalamanku cabut gigi bungsu dengan BPJS. Kuncinya cuma satu, sabar.

Bye!


Share:

Persona

So many things happened in the last few months, yang aku tidak mengira bahwa waktu itu akhirnya akan datang. Sesuatu yang beberapa waktu lalu aku pikir akan menyenangkan, tapi ternyata aku belum siap. I'm 25 now, yet still feel like a child. Ketika ada orang yang mengatakan bahwa aku dewasa, aku hanya bisa tertawa. Hah, mereka tidak melihat bagaimana aku di rumah atau saat aku sendiri. Mungkin yang mereka lihat adalah wajah karirku (?). Bukan magerannya, bukan pencilakannya, bukan manjanya. Ada juga yang bilang bahwa aku seperti anaknya, yang berusia 8 tahun haha. Maybe that's true?
Ternyata menjadi dewasa itu membingungkan. Bagaimana menyelaraskan antara keinginan, kebutuhan, dan prinsip. Tidak hanya pribadi, tapi juga orang di sekitar. Aku sering mempertanyakan keputusanku. Am I wrong? Am I regret it? Maybe one day I'll know the answer. Tapi keputusan yang aku buat sungguh sudah aku pikirkan sebaik mungkin dengan kapasitas pemahamanku saat ini. Mungkin jika aku akhirnya salah, ya aku bisa ambil pelajarannya. Life must go on, right?
Dan menjadi dewasa itu ternyata berat, berat untuk memenuhi ekspektasi masyarakat, keluarga, dan yang terpenting diri sendiri. Aku menilai diriku sendiri 20/100 dari sosok Zahra dewasa yang aku harapkan. Masih jauh dari standar untuk memulai life stage selanjutnya. Dan itu yang membuat aku merasa belum siap. Tapi sesungguhnya aku masih merasa muda. Masih banyak hal yang bisa aku coba dan lakukan. Cuma prejudice dari orang lain yang membuatku kembali merenung, ah apa iya aku sudah tua? Aku tidak bisa menjadi aku yang utuh dahulu sebelum memulai yang lain? Apa benar tidak akan ada kata siap jika tidak dipaksa? Apa aku harus menurunkan ekspektasi dan standar? Aku rasa selama aku bisa mempertanggungjawabkan pilihanku dan konsekuensinya, itu nggak masalah. Hal lain akan mengikuti. Jika memang itu bukan untukku, sebesar apapun aku berusaha itu tidak akan datang kepadaku. Tetapi jika itu memang untukku, maka ia akan datang sendirinya.
Share:

The Last of Us

 In span of 3 months, they all left. Kadang hidup emang sebercanda itu ya. Cuma dikasih waktu sedikit ketika ketemu orang baik. Berasa ditinggal pas lagi sayang-sayangnya 🙃 (emang bener sih)

Aku menyadari bahwa hidupku bergantung pada mereka. Bukan bergantung juga sih. Tapi hampir 80% waktu kerjaku itu bersama mereka. Belum lagi kalau kita main setelahnya. Mungkin lebih cocok "terbiasa" bersama mereka. Aku bersyukur bisa merasakan hal-hal baru seperti ke Dufan, Staycation bersama mereka. Tetapi yang paling suka adalah ketika duduk dan kita banyak bercerita. Aku senang ketika mereka mempercayaiku dengan cerita kepadaku.

Mereka berempat beneran orang yang bisa bikin aku nangis karena ditinggal. Wisuda SMP pun dulu aku nangis bukan karena ditinggal seseorang, tapi kayak ya sedih aja masa SMP ku sudah selesai. Kalau masa SMA adalah masa yang aku banggakan, saat ini adalah masa tempat aku belajar kehidupan. Masa SMA bagiku adalah fairytale. Bisa ke sekolah bagus, ketemu orang-orang keren yang buat aku termotivasi buat maju terus sampai sekarang. Tapi masa kini adalah masa aku mengenal jatuh sejatuh-jatuhnya, sayang sesayang-sayangnya, berusaha jalanin hidup walaupun banyak misuhnya, belajar kalau hidup itu nggak cuma nyaman.

Dan aku bangga atas aku yang saat ini. Desember 2021 ditinggal Jati itu bener-bener buat aku nge-down. Berasa nggak punya teman. Dimana aku juga belum terlalu akrab dengan orang kantor yang lain. Tapi sekarang saat aku ditinggal teman-teman yang menjadi alasanku bertahan, aku tetap sedih, banget. But I'm alive. Aku masih bisa masuk dan mengerjakan pekerjaanku. Masih bisa main dan nonton dengan yang lain. Masih bisa ngajarin anak-anak juga. Wow, ternyata aku lebih keren dari yang aku bayangkan.

1,5 tahun ini aku juga belajar convey my feelings. Banyak ngobrol dan cerita, kasih makanan, masakin mereka, nemenin jalan, hal-hal yang aku nggak pernah lakukan dulu. Dan aku juga nggak menyesal melakukan itu semua walaupun pada akhirnya mereka pergi atau udah nggak kontakan lagi.

Lastly, aku tidak pernah menyesal atas semua kesusahan ini yang mempertemukan aku dengan kalian. Rasanya bahagia bisa melepas kalian ke tempat yang lebih baik. I dont know if we ever meet again. But you should know that I'm really grateful to have met you.

Saranghae 🩷



Share:

Sendiri

 Kemarin aku baca suatu review buku di twitter yang cukup menyentil. Bukunya berjudul "Honjok, Seni Hidup Sendiri". Hal yang menyentil adalah ketika reviewer buku berkata tentang kita yang jarang tau sebenarnya apa sih yang kita inginkan. Kita merasa kesal, karena apa? Kita merasa galau, apa penyebabnya? Dan memang aku masih kesulitan mendeskripsikan apa yang aku rasa dan apa yang aku mau. Maka perlu aku cari tau dulu akar dari perasaan itu.

Akhir-akhir ini banyak temanku yang lamaran, menikah, dan punya anak. They look so happy with their life. Aku pun sempat merasa ingin segera menikah. 

Tapi siap menikah? Enggak. 

Punya anak? Apalagi. 

Lalu kenapa ingin menikah? Ternyata aku merasa kesepian. Aku beranggapan bahwa setidaknya ada partnerku, dan aku nggak sendiri jika menikah (dengan orang yang baik).

Kenapa aku merasa kesepian? Nah ini. Dari dulu aku memang jarang main keluar dengan teman-teman. Aku punya teman untuk pergi bersama tapi frekuensi bertemu dalam setahun bisa dihitung jari. Dan aku merasa cukup dengan pertemuan itu. Energi yang aku keluarkan dan waktu untuk recharge kembali memang segitu.

Tapi kenapa sekarang aku merasa kesepian saat sendirian, di saat dulu aku menikmati kesendirian itu? Aku juga baru saja menyadarinya. Dulu keluargaku adalah segalanya. Sekarang juga sih. I mean that I talked to them about everything in my life. Sekecil apapun selalu aku ceritakan. Tapi perlahan aku mulai menceritakan hal yang penting saja. Lalu hanya jika ada masalah. Dan sekarang sangat jarang cerita, paling hanya jika ada masalah yang sudah aku selesaikan. Rasanya kayak, "ya udahlah mereka nggak perlu tau, aku bisa kok menjalani dan menyelesaikan ini sendiri". Aku ingin semua keputusanku itu ya aku pilih sendiri dan berdasarkan waktu yang aku tentukan. Jika perlu saran, mereka masih menjadi orang nomor satuku kok.

Aku pernah bilang ke orang setelah nonton JJJLP kalau aku nggak mau sering-sering pulang. Yang waktu itu aku sendiri juga nggak tau kenapa merasa gitu. Ternyata aku kurang nyaman ketika mereka "mempertanyakan hidupku". Itu nggak salah, wajar dan sebenernya caranya juga baik. Ada sebagian hal yang aku jawab dengan senang hati dan ceria, tapi ada hal yang aku nggak ingin cerita, tapi aku nggak tau gimana bilangnya. Aku rasa ini udah jadi akarnya ya walaupun belum tau bagaimana untuk penyelesaiannya. Mungkin aku perlu merenung beberapa hari lagi.


Okey, peace and love 🫰

Share:

2022

Aku menulis ini untuk mengenang orang-orang spesial di tahun 2022. Mumpung aku masih mengingatnya, aku ingin mengabadikan momen ini supaya jika aku lupa suatu saat, tulisan ini bisa mengingatkan kembali.

Dear, Robin, Fahri, Mas Eka, Kiki

Awal Fahri masuk, cuma say hi karena di kampus cuma sekedar tau. Besoknya Kiki masuk, tau-tau di meja udah ngobrol asyik bener sama Mbak Oca. Robin sama Mas Eka, aku lupa awal ketemu gimana.

Pertama kali motoran sendiri ke Flyn. Ngikutin Robin sama Fahri ngebut banget mereka. Aku berusaha nggak ketinggalan karena nggak tau jalan. Akhirnya jatuh di depan Puskesmas Citeureup, dashboard remuk sama kaca spion pecah. Celanaku juga bolong padahal baru. Tapi aku langsung lanjut lagi untung mereka nungguin. Sampai Flyn aku baru bilang kalo aku jatuh. Terus dimarahin Robin harusnya nelfon mereka. Pulang dari Flyn, diikutin Fahri dari belakang sampe kos.

Awal buat PICA, kita ancur banget (PICA dan mentalnya). Jam 4 yang harusnya pulang, tapi malah disuruh turun ke lapangan. Aku liat mata Fahri, sama kayak mata temanku yang lain waktu itu. Jujur, aku belum siap kehilangan teman secepat itu.

Aku lupa kapan aku mulai dekat dengan kalian. Tapi grup kita dibentuk 14 Februari 2022 waktu kita barengan kena Covid (kecuali Fahri). Padahal waktu itu lagi mau ada audit. Jadinya Fahri yang ribut kesana kemari selama seminggu itu.
-Belanja jajan sama Kiki dan Fahri di Lotte. Awal mula kena Covid-

Dan beberapa minggu kemudian Fahri kena Covid juga. Aku merasakan sesuatu di hari pertama dia masuk setelah sakit, dan itu kejadian. Kita pulang malem dan diwanti-wanti jangan ajak main Fahri soalnya baru sembuh. Tapi... hehehehe
Besoknya, review PICA lagi. Habis lagi. Aku ikut mereka makan sepulang kerja pertama kali. Makan bebek madura depan kantor. Robin bilang, nggak nyangka aku mau ikut makan. Mulai dari situ aku beberapa kali ikut makan bareng kalian.

Pernah ke Kopi Nako Kotwis dalam posisi ada yang marahan. Alhamdulillah disana baikan wkwk. Pulang dari Nako makan Mie Aceh dulu. Terus pulangnya diikutin Robin karena pulangnya ke Depok.

-Makan bareng H-1 puasa all BI (Robin not in frame)-

Staycation di Hotel Horison Ciawi gratis atas sedekah kakaknya Kiki 🙏 Motoran sendiri-sendiri, Mas Eka dari Flyn lagi. Sampe sana udah lewat maghrib. Langsung buka puasa aja. Ngobrol sampe jam 10 terus tidur. Bangun buat sahur. Jam 6 Mas Eka udah berangkat lagi buat ke Flyn. Aku, Kiki, Fahri berangkat jam 7 ke Evan.

Bukber Main Kuy lengkap. Pake drama kehujanan, ada yang telat, ada yang beli buka sampe lewat maghrib dll.

Sering ke Stadion Pakansari pulang kerja nemenin Robin dan Fahri lari. Yang lain mah cuma nongki sama makan.

Ke Gacoan deket kos Kiki sama Mas Eka. Kasian Mas Eka ngantri 2 jam :(

Ke Pancong di Depok deket rumah tante aku. Ini pure ide Mas Eka ya, aku sih seneng-seneng aja. Mereka ngomel-ngomel gara-gara jauh banget mau makan pancong hahaha

Ikut mereka nonton pertama kali. Death on the nile. Nonton bioskop malem for the first time. Sekarang pulang jam 11 udah biasa hehehehe

Farewell Robin. Fahri pulang Bekasi. Isinya nangis tok.

Dufan, of course dengan segala dramanya. Terima kasih udah nganterin ke Dufan and created memories together.

Ke Masjid Ash Shidiq terus ke pasar malem nemenin Dephni naik kora-kora

Tragedi Mixue sampe ditelfonin orang-orang wkwkwkwkwkw

Our last staycation. Fahri udah approved jadi driver nyetir ujan-ujan sambil nyariin cara biar wiper nyala terus. Pulangnya macet-macetan 6 jam Puncak-Bekasi. Mas Eka sakit. Kita kayak emak-emaknya nyuruh makan, minum obat, nyelimutin, masakin air panas buat mandi wkwkwk

Karaoke di Masterpiece. Emang duo ini di luar cuma pencitraan. Lihatlah kelakuan anak-anak teladan ini wahai masyarakat.

Sekarang Robin sudah terbang meluncur. Yang lain masih berlatih, sendiri-sendiri.
Terima kasih untuk beberapa bulan yang bermakna ini.
Sayang mereka. Banget.
Share:

Shape Your Future Career

Halo semuanya!

Sejak selesai sidang bulan April, sembari mengurus dokumen-dokumen buat pendaftaran wisuda, aku mulai cari pekerjaan. Dari Jobstreet, Telegram, atau dari akun/website perusahaan. Tapi belum pernah ada yang nyantol. Sampai Sita mempromosikan acara ini di grup angkatan. Akhirnya aku coba daftar untuk 3 hari itu. Hasilnya, sangat melebihi ekspektasi dan tentunya WORTH IT! Sebenarnya aku sudah sempat membahas tentang ini di LinkedIn kalau kalian mau membaca tapi aku mau bahas lebih lengkap lagi disini (Link LinkedIn : SYFC).


Jadi selama 3 hari kemarin, pembicara akan menyampaikan webinar lalu ada simulasi untuk menggali potensi diri dan diakhiri tanya jawab. Pembicaranya sangat luar biasa. Bu Martha dan Pak Swiss ini sudah berkarir puluhan tahun, mulai dari staf, HR, Manager, sampai menjadi konsultan. Sehingga kapabilitas beliau tidak perlu diragukan. 

Pada hari pertama yang membahas tentang pencarian kerja, job seeker harus memahami dirinya sendiri terlebih dahulu. Disarankan untuk membuat analisa diri yang berisi kelebihan, kekurangan, prestasi, pengalaman, skill, pengalaman yang membanggakan dan pengalaman tentang kegagalan. Lalu gali apa yang diinginkan. Dari situ, bisa didapat banyak kata kunci. Misalkan QC/QA bisa di material, produk, atau di prosesnya. Bisa juga di laboratorium. Sehingga peluang akan lebih banyak.

Hari kedua membahas tentang bagaimana membuat summary yang menarik HRD. Karena dalam 6 detik, HRD akan membaca summary kita untuk dibuang atau dilanjutkan membaca resume lengkap. Dalam cover letter juga sebaiknya memberi kesan bahwa kita sevisi dengan perusahaan.

Hari ketiga, Bu Martha memberi saran untuk sering berlatih mengerjakan soal. Biasanya digunakan latihan SAT atau GMAT. Aku langsung beli buku SAT bekas, dan ternyata soalnya susah sekali hiks. Untuk wawancara, kami diberi bocoran juga apa saja yang biasanya ditanyakan oleh perusahaan. Ada juga 9 kriteria yang dicari oleh perekrut, dan perekrut biasanya akan menanyakan pengalaman kita yang berkaitan dengan kriteria tersebut.

Nah ternyata, dari seluruh peserta yang mengikuti 3 hari webinar, dipilih 20 orang yang aktif. Kemudian diberi kesempatan untuk coaching 1-on-1  dengan Bu Martha atau Pak Swiss. Aku memilih dengan Bu Martha. Selama coaching, kami membahas karir seperti apa yang diinginkan. Dalam berapa tahun ingin jadi apa. Lalu Bu Martha memberi saran dan arahan supaya kami bisa mencapainya.

Lanjutan dari coaching ini adalah review CV/resume. Pertama ada penjelasan lagi tentang tips pembuatan resume. Lalu kami mengumpulkan untuk di-review melalui telepon. Setelah itu, kami masih mendapat satu kali kesempatan lagi untuk pengecekan resume final.

Dari pertama webinar sampai review CV itu semuanya GRATIS lho. Malahan aku juga dikirimin buku karya Bu Martha dan Pak Swiss juga gratis tis tis. Mereka berdua sudah mengadakan acara ini selama bertahun-tahun dan selalu gratis. Semoga Pak Swiss dan Bu Martha selalu mendapatkan balasan untuk seluruh kebaikannya. 

Jadi untuk kalian yang membutuhkan, bisa banget untuk ikut di periode selanjutnya. Pantengin aja Instagram Bu Martha (martha.swissanto), akan selalu ada informasi tentang SYFC ini. Mungkin aku juga akan cerita tentang pencarian kerjaku, tes-tes yang sudah aku lakukan, yang sampai sekarang belum berhasil hehe. Doakan semoga aku bisa segera bekerja ya teman! Terima kasih :)

Share:

Akhirnya S.T.

Alhamdulillah, pada tanggal 25 Agustus 2021, seorang Zahra officially menjadi Zahra Alifia Bimonov, S.T. alias akhirnya wisuda juga gaes! Sidang bulan April, tapi dinyatakan lulus Mei. Wisuda harusnya Juli tapi mundur jadi Agustus. Nggakpapa sih, nggak banyak ngaruhnya juga hehehe.

Wening, teman SMA-ku juga wisuda hari ini dengan IPK 4.00. Mantab sekali! Dia bilang, peran kita (teman-teman SMA) yang membuat dia jadi ambis. Kalau dipikir-pikir bener juga sih. Selama SMP, lingkunganku nggak terlalu kompetitif. Apalagi kelasku. Begitu SMA, wah belajar se-ngoyot apapun juga yang ranking 1 paling Habib atau Helen. Tapi senang juga, selama SMA itu bisa kenal banyak teman-teman hebat yang mengantarkanku menjadi seperti sekarang.

Masa kuliah ini juga jadi salah satu pembelajaran terbesar, terutama dari segi sosial. Dipaksa untuk ikut bermacam-macam acara dan bersosialisasi, ternyata lumayan memberi banyak manfaat buatku. Tentunya kehadiran teman-teman dan dosen juga banyak membantu jalanku untuk mencapai kelulusan ini.

Terima kasih buat Kiki, teman dari jaman baheula yang bersedia menampung gelandangan ini di kosnya.

Teman-teman kelompok praktikumku. LDTK 1, LDTK 2, Mikro, Proses, OTK, dan Kompros. Terima kasih sudah mau bekerjasama. Walaupun kadang uring-uringan, sebenarnya aku cuma mau kelompok kita dapat bagus nilainya. Mianhae ♡

Terima kasih ke anak-anak LDTK 1 '17. You're the best team evah! Habib, Fadhlan, Rio, Huda, Ina, Fithan. Kita sudah bersusah payah di tahun pertama dan leha-leha di tahun terakhir, tapi imbalannya kenaikan nilai 2x doang hahaha. Nggak papa, bersyukur.

Juga teman-teman Al Fikri, Izzati, dan HMTK yang sudah jadi ajang pembelajaranku. Terima kasih udah tahan sama aku yang nggak mau pulang malam dan selalu minta pulang cepat.

Terima kasih yang banyak buat Yazid, partner penelitian + Kabid Mentoring. Aku nggak tau atas dasar apa dulu kita bisa partneran, but we did it! Maaf ya udah ngerepotin kosmu buat ngerjain penlit sampai sidang juga. Masih ingat ibu kosmu ngerekam kita waktu mau sidang terus dijadiin status, Ya Allah malu banget hahaha.

Mar'atu Masyaroh! Terima kasih banyak sudah jadi partner KP-ku. Susah-susah mendaftar di Asahimas dan Mitsubishi, ternyata jodoh kita Petrokimia Gresik. Online lagi wkwkwk. Makasih juga ya udah menjadi tempat penampunganku di semester-semester akhir.

Super big thanks to Lord Ina! Aku juga nggak tau kenapa kamu milih aku buat partneran skripsi tapi makasih banget na, kamu yang sifatnya kebalikan denganku bisa kerjasama sampai membuahkan hasil skripsi 600++ halaman itu. Berkat kesabaran dan kerja kerasmu akhirnya kita bisa lulus juga periode ini!

Terima kasih juga untuk dosen-dosen pembimbingku. Prof. Didi, Prof. Tutuk, dan Bu Kristin. Tanpa bantuan dan bimbingan beliau, mungkin aku nggak bisa lulus dengan baik.

Dan yang terakhir, terima kasih kepada keluargaku yang sangat suportif. Terima kasih kepada orang tuaku yang sudah membayarkan UKT-ku sampai lulus (Maaf ya yah, aku nyari beasiswa nggak lolos terus).

Semoga dari 4 tahun pembelajaran ini, bisa menjadi bekalku untuk menghadapi kehidupan selanjutnya dan tentu saja, cari uang. Semoga akan segera ada kabar-kabar baik untukku maupun untuk kalian semua.

Cheers! ♡

Bonus unedited foto studio yang diambil H-3 wisuda hehehe





Share: