Nyobain Paint by Numbers ^^

Hai haii~

Beberapa bulan lalu, aku beneran lagi suka dengan painting. Lalu aku dapat akun di Instagram yang jual paint by numbers yang agak murah yaitu di "diypainting.id". Akhirnya aku pesan yang Golden Deer 2 yang harganya 150k. CO lewat shopee tanggal 3 Desember, eh tanggal 10 udah sampai. Padahal tulisannya PO dulu 14 hari. Hihihi senangnyaa..




Paketnya berisi kanvas dan frame ukuran 40 cm x 50 cm, pouch transparan, 24 warna cat + cat hitam tambahan, 3 kuas, 2 mur dan cantolan buat gantung kanvas, stiker gambarnya, dan hvs yang ada nomor-nomor cat nya. Sebenarnya di kanvas juga sudah ada nomornya sih, tapi lebih jelas di hvs. Setelah selesai UAS, mulai deh mewarnainya. Tapi ternyata susah juga, garisnya kecil-kecil. Mana mataku minus jadi harus deket banget ngelihatnya. Dan akhirnya lukisan ini baru selesai tanggal 21 Februari 2021 kemarin, setelah sempat aku anggurin beberapa minggu.




Well, nggak terlalu rapi karena mataku beneran nggak kuat. Harus pake lampu meja juga hahaha.. Menurutku, 150k untuk ini worth it banget. Warna catnya banyak dan isinya juga cukup banyak. Minusnya tekstur catnya ada yang berbeda dan nggak enak buat ngelukis. Rata-rata sih enak, nggak menggumpal dan warnanya tebal. Tapi warna putih teksturnya menggumpal banget walaupun udah aku cairin lagi pake air. Jadi ketika digunakan untuk melukis, hasilnya nggak rata. Buat kuas, ya maklumlah ya kualitas nggak terlalu bagus. Terus perlu diperhatiin juga adalah garis untuk penomoran warna. Aku menyesal ambil yang Golden Deer 2 karena kecil-kecil banget cuy. Mungkin mau coba gambar lain yang lebih besar garis-garisnya.


Kecil banget kan :(



Share:

About Marriage

Tahun ini usiaku menginjak 22 tahun. Dapat dikatakan sudah memasuki fase dewasa. Satu persatu temanku menikah dengan pasangan mereka masing-masing. Padahal dalam posisiku saat ini, aku sama sekali belum memikirkannya. Beberapa bulan lalu juga sempat cerita-cerita dengan ustadzah SMP-ku, yang intinya beliau bilang kalau aku tipe orang karir yang nggak bakal mikirin pernikahan dekat-dekat ini (that's true tho).
Sebenarnya aku tumbuh di keluarga yang loyal, caring, happy, family oriented type. Nggak ada yang membuatku against marriage. Ketika cerita tentang pernikahan orang tuaku, mereka menikah juga nggak terlalu muda, usia 27 tahun. Dua-duanya bekerja. Biaya pernikahan ditanggung sendiri, bisa cepet beli rumah. Pokoknya bisa dianggap keadaan yang oke lah buat menikah. Tetapi ternyata pernikahan itu nggak seperti orang tuaku aja. Ada yang menikah muda. Bisa jadi memang sudah ada pendapatan, tapi ada juga yang belum. Mungkin masih ditanggung orang tua. Ada yang menikah tua. Bukan karena keinginan, tapi tuntutan. Ada yang menikah, lalu bercerai. Ada yang memilih tidak menikah.
Menurutku banyak banget variabel yang menjadi penentu apakah ini saatnya menikah. Pertama, seseorang harus bisa mengerti dirinya sendiri. Seperti apa aku ini, apa yang aku suka dan tidak suka, bagaimana aku harus bersikap terhadap sesuatu yang tidak aku suka. Jika memutuskan akan menikah, pertanyaannya bertambah lagi tidak hanya tentang "aku". Apa sudah siap hidup as a couple, bagaimana cara mengatasi masalah berdua, dan yang paling penting, apakah aku yakin untuk menikah dengan dia apapun konsekuensinya. Konsekuensi menerima orang lain memasuki hidupnya, konsekuensi jika suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan.
Kedua, keluarga. Menikah bukan cuma tentang dua orang, tetapi dua keluarga. Sering banget baca tentang pernikahan tanpa restu keluarga dan itu berat banget. Bayangkan kalau calon mertua nggak suka sama kita seumur hidup. Dah lah, lebih baik diakhiri sebelum terlanjur menikah.
Ketiga pekerjaan. Keempat penghasilan. Dua hal ini saling berhubungan. Misalkan dua-duanya aslinya bekerja. Ketika sudah menikah, tetap bekerja kah dua-duanya? Jika salah satu, mau suami atau istri yang bekerja. Kalau dua-duanya bekerja, penghasilan pasti lebih banyak, tapi waktu bersama banyak yang hilang. Tapi emang kalau salah satu yang bekerja, penghasilannya cukup? Biaya pernikahan ditanggung orang tua atau sendiri? Cukup nggak? Masih ada uang juga nggak buat tabungan kehidupan. Jangan sampai pesta pernikahan mewah tapi hidup ngutang :( Aku pribadi harus punya pekerjaan dulu sebelum menikah. Jadi punya pengalaman dan kompetensi. Kalau (na'udzubillah) cerai atau ada yang meninggal duluan, aku punya tabungan. Atau bisa cari pekerjaan lagi.
Kelima tempat tinggal. Kata orang tuaku, kalau sudah menikah, secepatnya cari rumah sendiri. Kalau masih tinggal bersama, kepemimpinan tetap ada pada orang tua. Jadi susah untuk bisa mandiri. That's why I should get my own house before getting married. 
Keenam, anak. Menurutku punya anak itu hal yang berbeda dari menikah. Bisa jadi seseorang menikah, tapi memutuskan nggak mempunyai anak. Contohnya baru-baru ini aku lihat video Gitasav dan baru tau kalau dia childfree. Menurutnya punya anak itu pilihan. Bener banget, sih. Kenapa orang-orang menuntut pasangan menikah harus punya anak jika ada pilihan mereka bisa punya anak atau tidak. Bagaimana kalau tidak mau, belum merasa mampu, atau alasan lainnya? Punya anak itu butuh tanggung jawab. Jangan sampai anak yang udah dilahirkan, hidupnya menderita gara-gara orang tuanya yang nggak mampu. Tapi aku nggak berani sih stating that I'm childfree. Dan masih banyak lagi variabel lain yang bisa jadi setiap orang berbeda pandangan.
There's someone that makes me think "I don't want to get married". Ada seseorang yang menikah, usianya udah matang banget. Kurang tau sih waktu nikah pekerjaannya apa, tapi beberapa waktu lalu jadi karyawan toko. Lalu karena Covid, jadinya udah nggak kerja lagi. Padahal posisi ada anak 5. Jadi sekarang siapa yang bakal menghidupi mereka? I think they don't have a good marriage management in some aspects. Kenapa mereka berani punya banyak anak padahal penghasilan nggak mencukupi. Tabungan itu penting banget. Tapi sama aja kalau punya tabungan tapi manajemen keluarganya nggak bagus. Oiya satu lagi pelajaran dari ayahku. Jangan ngutang. Kalau nggak punya uang cash/debit ya nggak usah beli. Artinya nggak mampu. Ayahku nggak pernah beli sesuatu ngutang, kecuali rumah. Beli mobil ya seadanya duit bisa dapet apa, yang penting cukup buat sekeluarga. Beli motor second nggakpapa. HP yang penting sesuai kebutuhan.
Aku sudah tau cerita beberapa orang yang menikah, tau juga dari drakor. And I think, menikah itu landasannya bukan cinta. Tapi komitmen. Love can bloom, love can fade. Ketika menikah karena cinta aja, begitu udah nggak cinta ya bubar. Kayak drama yang lagi aku tonton, judulnya "Love ft Marriage and Divorce". Ada pasangan baru 3 tahun menikah. Suaminya selingkuh karena udah nggak cinta. Kayak hah? Yakin nikah cuma secepet ini gara-gara nggak cinta? Ada lagi profesor yang selingkuh gara-gara terlalu lama menikah. Like, wtf?
So, now, I don't want to get married. Until I become successful independent woman. When I can choose my way. Until I'm ready to accept consequences of getting married.
Share:

Throwback Zaman SMP 😅

*Tulisan ini sudah tertunda 2 bulan untuk di-publish

Beberapa hari lalu, aku sempat memikirkan perjalanan hidupku selama ini. Lalu aku sadar kalau my peak season adalah masa SMP. Hampir semua aktifitas yang ada ku coba dan ikuti. Menurutku pribadi, sekolah swasta itu lebih baik dalam mengembangkan potensi masing-masing siswa. Sekolah banyak menyediakan aktivitas yang wajib maupun nggak wajib yang diikuti semua siswa sehingga nggak ada tuh yang namanya siswa yang terlantar. Bersyukur banget orang tuaku menyekolahkanku di sekolah swasta islam yang bagus. Apalagi waktu aku baru saja naik ke SMA negeri, terasa banget perbedaannya. Guru di SMP hafal seluruh muridnya baik yang diajar maupun tidak (paling tidak selama 3 tahun aku sekolah disana). Dan sampai sekarang, kalau cerita tentang permasalahan kami diberi saran yang sesuai dengan karakter masing-masing. Guru SMA boro-boro tau nama, kelas apa aja nggak bakal hafal hahaha. Bisa jadi karena muridnya kebanyakan sih.

Akhirnya aku mulai cari-cari foto di facebook tapi ternyata dapatnya nggak banyak. Ya udah lah, mau bagi-bagi cerita sedikit pengalaman-pengalamanku di SMPIT Harapan Bunda :)

  • Di awal kelas 7, pasti ada ospek kan. Namanya Watasiwa (Waktu Taaruf Siswa). Ingat banget dulu malam-malam ada perenungan, dibawa ke kuburan. Terus kami disuruh ambil papan yang ditulis nama orang tua masing-masing. Ada drama dikagetin lah, pocong-pocongan juga ada. Tapi aku kayak biasa aja gitu hahaha. Paginya kami disebar ke beberapa pasar di sekitar Semarang buat jualan hasil karya sendiri. Jadi kami diantar pakai angkot, tapi nggak boleh bawa uang. Uang hasil jualan itu yang buat biaya kami pulang. Aku dapet di Pasar Mranggen dan waktu itu prakaryaku nggak banget lah. Terus pada bantu-bantu cuci piring, ngamen, bantu angkat-angkat gitu biar dapet uang.
  • Acara tahunan di sekolahku itu ada Hiking dan Camping, gantian tiap tahun. Tahun pertama dapet Hiking ke Ungaran, lebih tepatnya cuma sampai Desa Promasan sih. Berangkat lewat Camp Mawar, turunnya lewat Nglimut. Seru banget deh lewatin kebun teh. Masih bocil bawa barang buat hiking 3 hari jadi kayak tenggelem gitu. Terus kami sholat malam sama subuh di goa Jepang hihihi. Tahun depannya giliran camping. Yang paling aku ingat itu ada kayak materi survival, kami disuruh nangkap belalang terus dimakan hidup-hidup. (Tapi masih mending daripada jaman adekku, suruh nangkep ayam sendiri, nyembelih sendiri. Kasian hahaha). Oiya terus tendanya itu kebanjiran gara-gara belum dibuat selokannya. Akhirnya sambil hujan-hujanan gali selokan deh.



  • Well, dari SD aku emang dasarnya suka pramuka dan Alhamdulillah dapet kesempatan untuk ikut Kemah Wilayah JSIT Jateng-DIY di Banjarnegara. Naik bis dari Semarang terus nginep dulu di homestay buat transit baru besoknya masuk ke area lomba. KM disana itu jelek banget, akhirnya kami selalu dibawa keluar tiap hari buat mandi di masjid. Lalu ada kejadian yang buat aku memorable banget. Kan ada regu cowok-cewek, punya kita namanya Musang-Zinnia. Waktu mau PBB, kami dapat giliran pertama. Musang udah tampil keren banget. Dan Zinnia udah kayak sorak-sorak nyemangatin. Giliran Zinnia, lapangan di sebelah juga mulai ada regu yang PBB. Jadinya suaranya saling bertabrakan dan suara Anis, ketuaku, nggak kedengeran (Ceritanya di dalam ruangan, jadi suaranya mantul-mantul). Waktu formasi, duar.. nggak kedengaran instruksinya dan ancur banget. Pokoknya disitu udah pada bisik-bisik nggakpapa, nggakpapa. Begitu selesai dan keluar ruangan, pada nangis semua. Ditenangin sama ust/usth sama Musang, tapi mood-nya udah jelek banget pokoknya. Akhirnya kami langsung dibawa ke homestay terus nginep disana. Tapiii aku nggak tau ada keajaiban apa, akhirnya kami menang dong. Nangis lagi deh, kayak nggak percaya gitu. Udah ngerasa gagal banget ternyata menang, wow!


  • Kalau yang ini, ceritanya kita lagi lomba di Ihsanul Fikri, Magelang. Nginepnya di rumah eyangnya Kendy yang baik banget. Tiap hari dimasakin, dibuatin jajanan pasar, enak banget deh. Terus pernah dikirimin papanya Venzo KFC juga hahaha. Disini aku ikut lomba LCC Agama Islam, ceritanya sebagai perwakilan dari Semarang karena Juara 1 Kota. Tapi di final yang Juara 1 itu dari Bina Amal yang kita kalahin waktu tingkat kota. Berasa malu banget gitu :( Tapi ya udah lah ya namanya juga pengalaman 👍
    *Nggak tau siapa yang ngedit, tapi cuma punya ini*

  • Aku lupa ini waktu udah tingkat akhir atau aku udah lulus ya. Ceritanya mau pelantikan pramuka dan aku sebagai alumi pramuka, terus aku jalan dari sekolah sampai Simpang Lima dari jam 2-an kalau nggak salah (lumayan cuy 9 km).


  • Waktu udah mau akhirussanah, ada yang namanya Rihlah. Acaranya bebas sih tergantung angkatan. Di angkatan aku, kami seangkatan sewa villa di Bandungan terus ya udah deh acara bbq-an malam-malam disana. Ada kata-kata perpisahan dari guru-murid sama pertunjukan kelas. Paginya, kami ke Candi Gedong Songo. Cuma karena aku udah sering akhirnya cuma foto-foto aja deh di bawah.




  • Tiap tahun di sekolahku juga ada Pelajaran Luar Sekolah. Aku udah lupa sih sebagian besar. Cuma ingat pernah ke desa wisata seni buat belajar gamelan, tari jawa, ada outbound juga. Sama pernah juga ke pantai terpencil di daerah Mangkang buat tanam mangrove.


  • Buat katalog/buku tahunan, kami beneran memberdayakan orang sendiri. Jadi cari tempat sendiri, foto sendiri, cuma minta tolong desain katalog tapi itu aja budget minim banget. Jadinya yaaah sesuai harga hehehe.



  • Terakhir ada akhirussanah. Tempatnya di Hotel Gracia. Akhirussanah tipikal sekolah IT, ada asmaul husna, klasikal tahsin, tahfidz, sama persembahan angkatan. Cuma ini fotoku yang proper untuk ditampilkan, maafkan hehe

Dari sini aku sadar bahwa hidupku sungguh berwarna, dulu. Sejak SMA apalagi kuliah beneran kayak monoton, berangkat pagi, pulang sore. Tapi apapun pilihanku saat ini, itu memang kehendakku sendiri. Jadi nggak pernah menyesal kenapa saat dulu aktif, sekarang enggak.
You just have to be yourself to enjoy your life :)
Share: