Kemarin aku baca suatu review buku di twitter yang cukup menyentil. Bukunya berjudul "Honjok, Seni Hidup Sendiri". Hal yang menyentil adalah ketika reviewer buku berkata tentang kita yang jarang tau sebenarnya apa sih yang kita inginkan. Kita merasa kesal, karena apa? Kita merasa galau, apa penyebabnya? Dan memang aku masih kesulitan mendeskripsikan apa yang aku rasa dan apa yang aku mau. Maka perlu aku cari tau dulu akar dari perasaan itu.
Akhir-akhir ini banyak temanku yang lamaran, menikah, dan punya anak. They look so happy with their life. Aku pun sempat merasa ingin segera menikah.
Tapi siap menikah? Enggak.
Punya anak? Apalagi.
Lalu kenapa ingin menikah? Ternyata aku merasa kesepian. Aku beranggapan bahwa setidaknya ada partnerku, dan aku nggak sendiri jika menikah (dengan orang yang baik).
Kenapa aku merasa kesepian? Nah ini. Dari dulu aku memang jarang main keluar dengan teman-teman. Aku punya teman untuk pergi bersama tapi frekuensi bertemu dalam setahun bisa dihitung jari. Dan aku merasa cukup dengan pertemuan itu. Energi yang aku keluarkan dan waktu untuk recharge kembali memang segitu.
Tapi kenapa sekarang aku merasa kesepian saat sendirian, di saat dulu aku menikmati kesendirian itu? Aku juga baru saja menyadarinya. Dulu keluargaku adalah segalanya. Sekarang juga sih. I mean that I talked to them about everything in my life. Sekecil apapun selalu aku ceritakan. Tapi perlahan aku mulai menceritakan hal yang penting saja. Lalu hanya jika ada masalah. Dan sekarang sangat jarang cerita, paling hanya jika ada masalah yang sudah aku selesaikan. Rasanya kayak, "ya udahlah mereka nggak perlu tau, aku bisa kok menjalani dan menyelesaikan ini sendiri". Aku ingin semua keputusanku itu ya aku pilih sendiri dan berdasarkan waktu yang aku tentukan. Jika perlu saran, mereka masih menjadi orang nomor satuku kok.
Aku pernah bilang ke orang setelah nonton JJJLP kalau aku nggak mau sering-sering pulang. Yang waktu itu aku sendiri juga nggak tau kenapa merasa gitu. Ternyata aku kurang nyaman ketika mereka "mempertanyakan hidupku". Itu nggak salah, wajar dan sebenernya caranya juga baik. Ada sebagian hal yang aku jawab dengan senang hati dan ceria, tapi ada hal yang aku nggak ingin cerita, tapi aku nggak tau gimana bilangnya. Aku rasa ini udah jadi akarnya ya walaupun belum tau bagaimana untuk penyelesaiannya. Mungkin aku perlu merenung beberapa hari lagi.
Okey, peace and love 🫰