JIMMY'S WORLD

HELLO!


Well, liburan semester ini nggak tau kenapa panjang banget, hampir 2,5 bulan. Aku iseng-iseng nonton Problematic Men lagi buat ngasah otak gitu biar nggak tumpul banget. Eh ternyata sekarang udah ada yang rutin nge-sub dong senangnyaaa. Ya udah aku coba nonton eps 170 karena guest-nya Aron NU'EST. Nah menjelang akhir-akhir diundanglah seorang reporter senior Jo Joo-hee dari ABC News. Disini dia memberi pertanyaan tentang kasus jurnalistik. Kurang lebih seperti ini:

Di Amerika Serikat terdapat penghargaan/award untuk bidang jurnalistik dan literatur yaitu Pulitzer Prize. Pada 13 April 1981, penghargaan Pulitzer Prize for Feature Writing diberikan kepada jurnalis The Washington Post, Janet Cooke. Cooke menulis artikel Jimmy's World yang menceritakan anak 8 tahun yang ketergantungan heroin.

Sager-spread.jpg

JIMMY’S WORLD

by Janet Cooke
September 28, 1980
Jimmy is 8 years old and a third-generation heroin addict, a precocious little boy with sandy hair, velvety brown eyes and needle marks freckling the baby-smooth skin of his thin brown arms.
He nestles in a large, beige reclining chair in the living room of his comfortably furnished home in Southeast Washington. There is an almost cherubic expression on his small, round face as he talks about life—clothes, money, the Baltimore Orioles and heroin. He has been an addict since the age of 5.
His hands are clasped behind his head, fancy running shoes adorn his feet, and a striped Izod T-shirt hangs over his thin frame. “Bad, ain’t it,” he boasts to a reporter visiting recently. “I got me six of these.”
Jimmy’s is a world of hard drugs, fast money and the good life he believes both can bring. Every day, junkies casually buy heroin from Ron, his mother’s live-in-lover, in the dining room of Jimmy’s home. They “cook” it in the kitchen and “fire up” in the bedrooms. And every day, Ron or someone else fires up Jimmy, plunging a needle into his bony arm, sending the fourth grader into a hypnotic nod.
Jimmy prefers this atmosphere to school, where only one subject seems relevant to fulfilling his dreams. “I want to have me a bad car and dress good and also have me a good place to live,” he says. “So, I pretty much pay attention to math because I know I got to keep up when I finally get me something to sell.”
Jimmy wants to sell drugs, maybe even on the District’s meanest street, Condon Terrace SE, and some day deal heroin, he says, “just like my man Ron.”
Ron, 27, and recently up from the South, was the one who first turned Jimmy on.”He’d be buggin’ me all the time about what the shots were and what people was doin’ and one day he said, ‘When can I get off?’” Ron says, leaning against a wall in a narcotic haze, his eyes half closed, yet piercing. “I said, ‘Well, s—, you can have some now.’ I let him snort a little and, damn, the little dude really did get off.”
Six months later, Jimmy was hooked. “I felt like I was part of what was goin’ down,” he says. “I can’t really tell you how it feel. You never done any? Sort of like them rides at King’s Dominion . . . like if you was to go on all of them in one day.
“It be real different from herb (marijuana). That’s baby s—. Don’t nobody here hardly ever smoke no herb. You can’t hardly get none right now anyway.”
Jimmy’s mother Andrea accepts her son’s habit as a fact of life, although she will not inject the child herself and does not like to see others do it.
“I don’t really like to see him fire up,” she says. “But, you know, I think he would have got into it one day, anyway. Everybody does. When you live in the ghetto, it’s all a matter of survival. If he wants to get away from it when he’s older, then that’s his thing. But right now, things are better for us than they’ve ever been. . . . Drugs and black folk been together for a very long time.”
Tetapi 3 hari kemudian, penghargaan tersebut ditarik kembali dari Janet Cooke. Kenapa ya? 

$$$

Agustus 1980.
Beredar kabar bahwa ada heroin jenis baru beredar di Washington. Editor The Wahington Post, Vivian Aplin-Brownlee, menyuruh Janet Cooke untuk menyelidikinya. Cooke tidak menemukan jenis heroin itu tapi ia memiliki beberapa draft tentang penggunaan heroin. Lalu ditunjukkanlah kepada Coleman, editor lain. Cooke menyebutkan tentang seorang anak 8 tahun yang kecanduan heroin. Coleman ingin menjadikan artikel itu sebagai header dan mulailah Cooke bekerja.

28 September 1980.
Artikel Cooke berjudul Jimmy's World akhirnya terbit dengan jaminan anonimitas pada keluarga Jimmy. Artikel tersebut menjadi viral dan menyedot banyak perhatian masyarakat maupun pemerintah. Banyak yang meragukan kebenarannya, seperti Karena berkaitan dengan narkoba, pemerintah berusaha menyelamatkan Jimmy dan mencari keberadaannya. Namun Cooke tidak bersedia memberi tahu. Sementara itu, The Washington Post ingin mendalami kasus tersebut secara internal. Saat mencari kediaman keluarga Jimmy, Cooke berkata bahwa mereka sudah pindah. Coleman, Vivian, dan beberapa atasan lainnya merasa curiga.

13 April 1981.
Cooke mendapat penghargaan Pulitzer Prize di bidang Feature Writing dan beberapa penghargaan lainnya. Untuk itu, ia diwajibkan menyerahkan resume-nya. Tertulis di resume bahwa Cooke merupakan lulusan Vassar College dan menyelesaikan masternya di Universitas Toledo.

Beberapa editor Toledo Blade, tempat ia bekerja sebelumnya, merasa aneh dengan resume itu. Cooke memang sempat berkuliah di Vassar College selama setahun namun menyelesaikannya di Universitas Toledo. Selain itu, tertulis di resume baru tersebut ia dapat berbahasa Prancis, Spanyol, Portugis dan Italia. Sedangkan resume lama menyatakan ia hanya dapat berbahasa Prancis dan Spanyol. Mereka segera melaporkan hal tersebut ke pihak Pulitzer Prize. Pulitzer mencoba mengkonfirmasi dengan The Washington Post, namun memang resume itu juga yang ia lampirkan saat pendaftaran jurnalis.

Akhirnya Cooke dipanggil dan diwawancarai dengan bahasa Portugis dan Italia. Ia mengakui jika memang tidak bisa. Lalu mengakui kesalahan pada background pendidikannya. Tetapi ia tetap teguh bahwa 'Jimmy' itu benar. Setelah diinterogasi selama 11 jam dan berputar-putar untuk mencari keberadaan 'Jimmy', akhirnya Cooke mengaku.
"There is no Jimmy and no family," she said. "It was a fabrication. I did so much work on it, but it's a composite. I want to give the prize back."
Cooke mengembalikan penghargaan tersebut dan mengundurkan diri dari The Washington Post.  Ia merasa bersalah atas kebohongannya. Penghargaan diberikan kepada Teresa Carpenter sebagai gantinya. Kasus ini menjadi kasus hoaks paling besar di bidang jurnalistik.

Sager-janet-Cooke-Resignation.jpg

Cooke menghilang bertahun-tahun dan tahun 1996 ia muncul kembali mengharapkan kehidupan yang layak untuk dirinya. Selama itu, ia merasa tidak punya suara. Tidak memiliki pekerjaan yang layak dan merasa tidak 'hidup'. Niatnya dahulu hanya ingin menjadi supernigger. Bahwa orang berkulit hitam itu juga bisa berprestasi yang sama seperti orang kulit putih. Ia tidak pernah membidik Pulitzer Prize, namun hanya ingin menyingkirkan rekannya. Namun kejahatan tidak akan pernah menjadi kejahatan sempurna. Jadi, hiduplah untuk hidupmu sendiri. Iri kepada orang lain hanya akan menjerumuskanmu lebih dalam. 

Thank you :)

Sumber dan literatur lain :
https://tirto.id/hoaks-janet-cooke-lolos-verifikasi-editor-dan-dapat-pulitzer-cGrL
https://www.cjr.org/the_feature/the_fabulist_who_changed_journalism.php
https://www.washingtonpost.com/archive/lifestyle/1996/05/09/janet-cookes-untold-story/23151d68-3abd-449a-a053-d72793939d85/?noredirect=on&utm_term=.8447d8bc16e8
http://academics.smcvt.edu/dmindich/Jimmy%27s%20World.htm
Share:

1 komentar: