The Sixth Extinction


Judul     : The Sixth Extinction : The Unnatural History (Kepunahan Keenam : Sebuah Sejarah Tak Alami)
Penulis  : Elizabeth Kolbert
Tahun    : 2014 (2020 di Indonesia oleh GPU)

Waktu Gramedia(dot)com ada sale, buru-buru nyari list buku yang mau aku beli. Cuma ternyata enggak ada. Akhirnya buka katalog dan liat buku ini. Kok kayaknya menarik ya. Disamping lagi nyari buku non-novel, aku juga nggak tau sama sekali tentang bahasan kepunahan keenam ini.
Andai ada bahaya di jalan yang ditempuh manusia, bahaya itu bukanlah kelestarian spesies kita sendiri, melainkan terwujudnya ironi terbesar dalam evolusi makhluk hidup: bahwa dalam mencapai pemahaman diri melalui akal budi manusia, kehidupan memusnahkan ciptaan-ciptaannya yang paling cantik.-E.O. Wilson
    Buku ini membahas kemungkinan besar terjadinya kepunahan keenam saat ini. Untuk yang belum tahu, lima kepunahan sebelumnya yaitu:
1. Kepunahan akhir zaman Ordovisium (sekitar 400 juta tahun lalu)
2. Kepunahan akhir zaman Devon (sekitar 350 juta tahun lalu)
3. Kepunahan akhir zaman Perm (sekitar 250 juta tahun lalu)
4. Kepunahan akhir zaman Trias (sekitar 200 juta tahun lalu)
5. Kepunahan akhir zaman Kapur (sekitar 80 juta tahun lalu)

    Dalam bahasan per-bab, kita akan diajak melihat kronologi kepunahan beberapa spesies hewan seperti katak emas, mastodon, alka besar, badak, dan amonit. Hewan hewan tersebut yang sebelumnya ada dalam jumlah yang sangat besar, tetapi selang beberapa waktu sangat langka dan bahkan punah. Ketika dikaji, memang banyak hal yang menyebabkan kepunahan tersebut. Badak misalnya. Perkembangbiakannya sangat lama. Sulit untuk ovulasi, serta masa kehamilan yang sangat lama. Ada juga kelelawar coklat kecil (lucis) yang dalam 2 tahun benar-benar hilang dari Guano Hall. Rupanya kelelawar tersebut terkena sindrom hidung putih dari jamur Geomyces destructans. Jamur ini membuat gatal kelelawar sehingga membuatnya sering keluar di siang hari. Lemak yang dikumpulkan untuk musim dingin akan berkurang dan kelelawar mati kedinginan. Setelah dipelajari lebih lanjut, parasit juga yang menyebabkan kepunahan katak emas.

    Ada juga bahasan menarik tentang pengasaman laut. CO2  yang keluar dari dalam bumi maupun hasil emisi udara yang berkontak dengan air laut akan meningkatkan pH air laut. Bagi manusia, kenaikannya mungkin tidak terlihat banyak, tetapi bagi beberapa makhluk laut yang sulit untuk beradaptasi, itu sangat mematikan.

    Jadi sebenarnya, semua hal yang terjadi saat ini salah satunya disebabkan oleh manusia. Ketika tidak ada manusia modern seperti kita, hewan dan tumbuhan tumbuh di daerahnya masing-masing. Hal ini yang menyebabkan banyaknya spesies yang ada. Ketika ada manusia, terjadi transportasi antar tempat antar benua dan pemindahan spesies itu ke daerah lain. Memang benar, jika di budidayakan maka jumlahnya akan semakin besar. Tetapi ketika bersaing, mau tak mau ada spesies yang kalah dan menghilang. Hal itu yang menyebabkan kepunahan. Hal-hal yang terjadi saat ini, bisa jadi berbahaya untuk umat manusia sehingga banyak yang mencari cara "merekayasa" keadaan seperti mengubah komposisi atmosfer, menjelajah luar angkasa untuk mencari planet baru, dll, yang justru menambah kekompleksan masalah ini. 

    Buku ini cukup bagus untuk membuka wawasan tentang perubahan komposisi ekologis bumi. Pilihan diksinya cukup jelas dan mudah dipahami. Juga ada gambar untuk hal-hal yang mungkin asing untuk orang awam seperti mastodon dan alka besar. Buku ini banyak membahas kronologi dan penyebab, tetapi sayangnya jarang memberikan solusi yang on point. Sebagai orang awam yang tidak berkecimpung di dunia ekologi, ya kita hanya tau untuk tidak memburu, mengurangi emisi udara, tetapi tidak ada terobosan baru. Mungkin memang buku ini hanya bertujuan membuka pikiran kita dan agar lebih peka kalau apa yang kita lakukan dahulu akan berdampak pada saat ini dan masa depan. Silakan membaca buku ini jika ingin bacaan yang ringan tapi tetap informatif. Terakhir, Richard Lackey sudah memperingatkan,
Homo sapiens boleh jadi bukan hanya penyebab Kepunahan Keenam, melainkan juga bisa jadi salah satu korbannya.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar