Shape Your Future Career

Halo semuanya!

Sejak selesai sidang bulan April, sembari mengurus dokumen-dokumen buat pendaftaran wisuda, aku mulai cari pekerjaan. Dari Jobstreet, Telegram, atau dari akun/website perusahaan. Tapi belum pernah ada yang nyantol. Sampai Sita mempromosikan acara ini di grup angkatan. Akhirnya aku coba daftar untuk 3 hari itu. Hasilnya, sangat melebihi ekspektasi dan tentunya WORTH IT! Sebenarnya aku sudah sempat membahas tentang ini di LinkedIn kalau kalian mau membaca tapi aku mau bahas lebih lengkap lagi disini (Link LinkedIn : SYFC).


Jadi selama 3 hari kemarin, pembicara akan menyampaikan webinar lalu ada simulasi untuk menggali potensi diri dan diakhiri tanya jawab. Pembicaranya sangat luar biasa. Bu Martha dan Pak Swiss ini sudah berkarir puluhan tahun, mulai dari staf, HR, Manager, sampai menjadi konsultan. Sehingga kapabilitas beliau tidak perlu diragukan. 

Pada hari pertama yang membahas tentang pencarian kerja, job seeker harus memahami dirinya sendiri terlebih dahulu. Disarankan untuk membuat analisa diri yang berisi kelebihan, kekurangan, prestasi, pengalaman, skill, pengalaman yang membanggakan dan pengalaman tentang kegagalan. Lalu gali apa yang diinginkan. Dari situ, bisa didapat banyak kata kunci. Misalkan QC/QA bisa di material, produk, atau di prosesnya. Bisa juga di laboratorium. Sehingga peluang akan lebih banyak.

Hari kedua membahas tentang bagaimana membuat summary yang menarik HRD. Karena dalam 6 detik, HRD akan membaca summary kita untuk dibuang atau dilanjutkan membaca resume lengkap. Dalam cover letter juga sebaiknya memberi kesan bahwa kita sevisi dengan perusahaan.

Hari ketiga, Bu Martha memberi saran untuk sering berlatih mengerjakan soal. Biasanya digunakan latihan SAT atau GMAT. Aku langsung beli buku SAT bekas, dan ternyata soalnya susah sekali hiks. Untuk wawancara, kami diberi bocoran juga apa saja yang biasanya ditanyakan oleh perusahaan. Ada juga 9 kriteria yang dicari oleh perekrut, dan perekrut biasanya akan menanyakan pengalaman kita yang berkaitan dengan kriteria tersebut.

Nah ternyata, dari seluruh peserta yang mengikuti 3 hari webinar, dipilih 20 orang yang aktif. Kemudian diberi kesempatan untuk coaching 1-on-1  dengan Bu Martha atau Pak Swiss. Aku memilih dengan Bu Martha. Selama coaching, kami membahas karir seperti apa yang diinginkan. Dalam berapa tahun ingin jadi apa. Lalu Bu Martha memberi saran dan arahan supaya kami bisa mencapainya.

Lanjutan dari coaching ini adalah review CV/resume. Pertama ada penjelasan lagi tentang tips pembuatan resume. Lalu kami mengumpulkan untuk di-review melalui telepon. Setelah itu, kami masih mendapat satu kali kesempatan lagi untuk pengecekan resume final.

Dari pertama webinar sampai review CV itu semuanya GRATIS lho. Malahan aku juga dikirimin buku karya Bu Martha dan Pak Swiss juga gratis tis tis. Mereka berdua sudah mengadakan acara ini selama bertahun-tahun dan selalu gratis. Semoga Pak Swiss dan Bu Martha selalu mendapatkan balasan untuk seluruh kebaikannya. 

Jadi untuk kalian yang membutuhkan, bisa banget untuk ikut di periode selanjutnya. Pantengin aja Instagram Bu Martha (martha.swissanto), akan selalu ada informasi tentang SYFC ini. Mungkin aku juga akan cerita tentang pencarian kerjaku, tes-tes yang sudah aku lakukan, yang sampai sekarang belum berhasil hehe. Doakan semoga aku bisa segera bekerja ya teman! Terima kasih :)

Share:

Akhirnya S.T.

Alhamdulillah, pada tanggal 25 Agustus 2021, seorang Zahra officially menjadi Zahra Alifia Bimonov, S.T. alias akhirnya wisuda juga gaes! Sidang bulan April, tapi dinyatakan lulus Mei. Wisuda harusnya Juli tapi mundur jadi Agustus. Nggakpapa sih, nggak banyak ngaruhnya juga hehehe.

Wening, teman SMA-ku juga wisuda hari ini dengan IPK 4.00. Mantab sekali! Dia bilang, peran kita (teman-teman SMA) yang membuat dia jadi ambis. Kalau dipikir-pikir bener juga sih. Selama SMP, lingkunganku nggak terlalu kompetitif. Apalagi kelasku. Begitu SMA, wah belajar se-ngoyot apapun juga yang ranking 1 paling Habib atau Helen. Tapi senang juga, selama SMA itu bisa kenal banyak teman-teman hebat yang mengantarkanku menjadi seperti sekarang.

Masa kuliah ini juga jadi salah satu pembelajaran terbesar, terutama dari segi sosial. Dipaksa untuk ikut bermacam-macam acara dan bersosialisasi, ternyata lumayan memberi banyak manfaat buatku. Tentunya kehadiran teman-teman dan dosen juga banyak membantu jalanku untuk mencapai kelulusan ini.

Terima kasih buat Kiki, teman dari jaman baheula yang bersedia menampung gelandangan ini di kosnya.

Teman-teman kelompok praktikumku. LDTK 1, LDTK 2, Mikro, Proses, OTK, dan Kompros. Terima kasih sudah mau bekerjasama. Walaupun kadang uring-uringan, sebenarnya aku cuma mau kelompok kita dapat bagus nilainya. Mianhae ♡

Terima kasih ke anak-anak LDTK 1 '17. You're the best team evah! Habib, Fadhlan, Rio, Huda, Ina, Fithan. Kita sudah bersusah payah di tahun pertama dan leha-leha di tahun terakhir, tapi imbalannya kenaikan nilai 2x doang hahaha. Nggak papa, bersyukur.

Juga teman-teman Al Fikri, Izzati, dan HMTK yang sudah jadi ajang pembelajaranku. Terima kasih udah tahan sama aku yang nggak mau pulang malam dan selalu minta pulang cepat.

Terima kasih yang banyak buat Yazid, partner penelitian + Kabid Mentoring. Aku nggak tau atas dasar apa dulu kita bisa partneran, but we did it! Maaf ya udah ngerepotin kosmu buat ngerjain penlit sampai sidang juga. Masih ingat ibu kosmu ngerekam kita waktu mau sidang terus dijadiin status, Ya Allah malu banget hahaha.

Mar'atu Masyaroh! Terima kasih banyak sudah jadi partner KP-ku. Susah-susah mendaftar di Asahimas dan Mitsubishi, ternyata jodoh kita Petrokimia Gresik. Online lagi wkwkwk. Makasih juga ya udah menjadi tempat penampunganku di semester-semester akhir.

Super big thanks to Lord Ina! Aku juga nggak tau kenapa kamu milih aku buat partneran skripsi tapi makasih banget na, kamu yang sifatnya kebalikan denganku bisa kerjasama sampai membuahkan hasil skripsi 600++ halaman itu. Berkat kesabaran dan kerja kerasmu akhirnya kita bisa lulus juga periode ini!

Terima kasih juga untuk dosen-dosen pembimbingku. Prof. Didi, Prof. Tutuk, dan Bu Kristin. Tanpa bantuan dan bimbingan beliau, mungkin aku nggak bisa lulus dengan baik.

Dan yang terakhir, terima kasih kepada keluargaku yang sangat suportif. Terima kasih kepada orang tuaku yang sudah membayarkan UKT-ku sampai lulus (Maaf ya yah, aku nyari beasiswa nggak lolos terus).

Semoga dari 4 tahun pembelajaran ini, bisa menjadi bekalku untuk menghadapi kehidupan selanjutnya dan tentu saja, cari uang. Semoga akan segera ada kabar-kabar baik untukku maupun untuk kalian semua.

Cheers! ♡

Bonus unedited foto studio yang diambil H-3 wisuda hehehe





Share:

Pengalaman Perpanjangan SIM

Tahun 2021 ini, masa berlaku SIM-ku habis. Kamis, 4 Maret 2021, aku pergi ke Layanan SIM Keliling di depan Bulog Pedurungan. Sebenarnya hari sebelumnya aku sudah datang kesana pukul 11, tapi pendaftaran sudah ditutup dan disuruh datang setengah 8 pagi. Akhirnya aku berangkat pukul 7.30 dan sampai di sana pukul 7.45. Saat registrasi, petugas meminta KTP dan SIM asli (SIM A dan C).

Setelah menunggu antrean, petugas lain memanggilku untuk menandatangani form registrasi dan membayar biaya fotokopi KTP dan SIM sebesar Rp 2000. Setelah itu, dilakukan psikotes oleh lembaga Edusantoso Konsultan Psikologi. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 75.000 (kalau hanya 1 SIM sepertinya Rp 50.000). Selanjutnya ada tes kesehatan yang isinya tes buta warna dan suhu badan serta pencatatan golongan darah. Pembayaran tes kesehatan sepertinya digabung dengan biaya perpanjangan SIM. Untuk SIM A sebesar Rp 135.000 dan SIM C sebesar Rp 120.000.

Setelah menunggu lama untuk foto, ternyata alatnya rusak dan disuruh untuk kembali besoknya. Hari Jumat, aku datang pukul 8 tetapi ternyata sudah ramai. Pada pukul 11 petugas baru memanggilku dan sekitar 15 menit SIM A dan C sudah tercetak. Mungkin pengalaman kali ini aku kurang beruntung dengan kerusakan alat sehingga harus bolak-balik, tapi seharusnya bisa satu hari jadi asalkan datang pagi.

FYI, mulai bulan Juli 2021, perpanjangan SIM sudah bisa secara online. Yaitu melalui aplikasi Korlantas Polri. Cukup menyiapkan KTP, SIM lama, pas foto dan foto selfie. SIM baru bisa diambil di Satpas atau dikirim melalui pos. Untuk informasi lebih lanjut, bisa diakses melalui https://www.digitalkorlantas.id/

Share:

Letter

That day, you ended it
We should limit our communication
I want to understand myself better, you said
We talked frequently like a friend
Gave advice to each other
So, why?
Did I make you like a different person?

You moved to another place
Creating a new branding
You have grown so well
Become everyone's role model
Being a good son and good brother
Sweet talker and inspiring speaker
I wonder if you'll be like this if we're still together
Maybe not? You know, I'm not a good advisor 
But you said that I'm a good listener and we used to love to talk all night
Then tell me, why did you leave?
Share:

Nyobain Paint by Numbers ^^

Hai haii~

Beberapa bulan lalu, aku beneran lagi suka dengan painting. Lalu aku dapat akun di Instagram yang jual paint by numbers yang agak murah yaitu di "diypainting.id". Akhirnya aku pesan yang Golden Deer 2 yang harganya 150k. CO lewat shopee tanggal 3 Desember, eh tanggal 10 udah sampai. Padahal tulisannya PO dulu 14 hari. Hihihi senangnyaa..




Paketnya berisi kanvas dan frame ukuran 40 cm x 50 cm, pouch transparan, 24 warna cat + cat hitam tambahan, 3 kuas, 2 mur dan cantolan buat gantung kanvas, stiker gambarnya, dan hvs yang ada nomor-nomor cat nya. Sebenarnya di kanvas juga sudah ada nomornya sih, tapi lebih jelas di hvs. Setelah selesai UAS, mulai deh mewarnainya. Tapi ternyata susah juga, garisnya kecil-kecil. Mana mataku minus jadi harus deket banget ngelihatnya. Dan akhirnya lukisan ini baru selesai tanggal 21 Februari 2021 kemarin, setelah sempat aku anggurin beberapa minggu.




Well, nggak terlalu rapi karena mataku beneran nggak kuat. Harus pake lampu meja juga hahaha.. Menurutku, 150k untuk ini worth it banget. Warna catnya banyak dan isinya juga cukup banyak. Minusnya tekstur catnya ada yang berbeda dan nggak enak buat ngelukis. Rata-rata sih enak, nggak menggumpal dan warnanya tebal. Tapi warna putih teksturnya menggumpal banget walaupun udah aku cairin lagi pake air. Jadi ketika digunakan untuk melukis, hasilnya nggak rata. Buat kuas, ya maklumlah ya kualitas nggak terlalu bagus. Terus perlu diperhatiin juga adalah garis untuk penomoran warna. Aku menyesal ambil yang Golden Deer 2 karena kecil-kecil banget cuy. Mungkin mau coba gambar lain yang lebih besar garis-garisnya.


Kecil banget kan :(



Share:

About Marriage

Tahun ini usiaku menginjak 22 tahun. Dapat dikatakan sudah memasuki fase dewasa. Satu persatu temanku menikah dengan pasangan mereka masing-masing. Padahal dalam posisiku saat ini, aku sama sekali belum memikirkannya. Beberapa bulan lalu juga sempat cerita-cerita dengan ustadzah SMP-ku, yang intinya beliau bilang kalau aku tipe orang karir yang nggak bakal mikirin pernikahan dekat-dekat ini (that's true tho).
Sebenarnya aku tumbuh di keluarga yang loyal, caring, happy, family oriented type. Nggak ada yang membuatku against marriage. Ketika cerita tentang pernikahan orang tuaku, mereka menikah juga nggak terlalu muda, usia 27 tahun. Dua-duanya bekerja. Biaya pernikahan ditanggung sendiri, bisa cepet beli rumah. Pokoknya bisa dianggap keadaan yang oke lah buat menikah. Tetapi ternyata pernikahan itu nggak seperti orang tuaku aja. Ada yang menikah muda. Bisa jadi memang sudah ada pendapatan, tapi ada juga yang belum. Mungkin masih ditanggung orang tua. Ada yang menikah tua. Bukan karena keinginan, tapi tuntutan. Ada yang menikah, lalu bercerai. Ada yang memilih tidak menikah.
Menurutku banyak banget variabel yang menjadi penentu apakah ini saatnya menikah. Pertama, seseorang harus bisa mengerti dirinya sendiri. Seperti apa aku ini, apa yang aku suka dan tidak suka, bagaimana aku harus bersikap terhadap sesuatu yang tidak aku suka. Jika memutuskan akan menikah, pertanyaannya bertambah lagi tidak hanya tentang "aku". Apa sudah siap hidup as a couple, bagaimana cara mengatasi masalah berdua, dan yang paling penting, apakah aku yakin untuk menikah dengan dia apapun konsekuensinya. Konsekuensi menerima orang lain memasuki hidupnya, konsekuensi jika suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan.
Kedua, keluarga. Menikah bukan cuma tentang dua orang, tetapi dua keluarga. Sering banget baca tentang pernikahan tanpa restu keluarga dan itu berat banget. Bayangkan kalau calon mertua nggak suka sama kita seumur hidup. Dah lah, lebih baik diakhiri sebelum terlanjur menikah.
Ketiga pekerjaan. Keempat penghasilan. Dua hal ini saling berhubungan. Misalkan dua-duanya aslinya bekerja. Ketika sudah menikah, tetap bekerja kah dua-duanya? Jika salah satu, mau suami atau istri yang bekerja. Kalau dua-duanya bekerja, penghasilan pasti lebih banyak, tapi waktu bersama banyak yang hilang. Tapi emang kalau salah satu yang bekerja, penghasilannya cukup? Biaya pernikahan ditanggung orang tua atau sendiri? Cukup nggak? Masih ada uang juga nggak buat tabungan kehidupan. Jangan sampai pesta pernikahan mewah tapi hidup ngutang :( Aku pribadi harus punya pekerjaan dulu sebelum menikah. Jadi punya pengalaman dan kompetensi. Kalau (na'udzubillah) cerai atau ada yang meninggal duluan, aku punya tabungan. Atau bisa cari pekerjaan lagi.
Kelima tempat tinggal. Kata orang tuaku, kalau sudah menikah, secepatnya cari rumah sendiri. Kalau masih tinggal bersama, kepemimpinan tetap ada pada orang tua. Jadi susah untuk bisa mandiri. That's why I should get my own house before getting married. 
Keenam, anak. Menurutku punya anak itu hal yang berbeda dari menikah. Bisa jadi seseorang menikah, tapi memutuskan nggak mempunyai anak. Contohnya baru-baru ini aku lihat video Gitasav dan baru tau kalau dia childfree. Menurutnya punya anak itu pilihan. Bener banget, sih. Kenapa orang-orang menuntut pasangan menikah harus punya anak jika ada pilihan mereka bisa punya anak atau tidak. Bagaimana kalau tidak mau, belum merasa mampu, atau alasan lainnya? Punya anak itu butuh tanggung jawab. Jangan sampai anak yang udah dilahirkan, hidupnya menderita gara-gara orang tuanya yang nggak mampu. Tapi aku nggak berani sih stating that I'm childfree. Dan masih banyak lagi variabel lain yang bisa jadi setiap orang berbeda pandangan.
There's someone that makes me think "I don't want to get married". Ada seseorang yang menikah, usianya udah matang banget. Kurang tau sih waktu nikah pekerjaannya apa, tapi beberapa waktu lalu jadi karyawan toko. Lalu karena Covid, jadinya udah nggak kerja lagi. Padahal posisi ada anak 5. Jadi sekarang siapa yang bakal menghidupi mereka? I think they don't have a good marriage management in some aspects. Kenapa mereka berani punya banyak anak padahal penghasilan nggak mencukupi. Tabungan itu penting banget. Tapi sama aja kalau punya tabungan tapi manajemen keluarganya nggak bagus. Oiya satu lagi pelajaran dari ayahku. Jangan ngutang. Kalau nggak punya uang cash/debit ya nggak usah beli. Artinya nggak mampu. Ayahku nggak pernah beli sesuatu ngutang, kecuali rumah. Beli mobil ya seadanya duit bisa dapet apa, yang penting cukup buat sekeluarga. Beli motor second nggakpapa. HP yang penting sesuai kebutuhan.
Aku sudah tau cerita beberapa orang yang menikah, tau juga dari drakor. And I think, menikah itu landasannya bukan cinta. Tapi komitmen. Love can bloom, love can fade. Ketika menikah karena cinta aja, begitu udah nggak cinta ya bubar. Kayak drama yang lagi aku tonton, judulnya "Love ft Marriage and Divorce". Ada pasangan baru 3 tahun menikah. Suaminya selingkuh karena udah nggak cinta. Kayak hah? Yakin nikah cuma secepet ini gara-gara nggak cinta? Ada lagi profesor yang selingkuh gara-gara terlalu lama menikah. Like, wtf?
So, now, I don't want to get married. Until I become successful independent woman. When I can choose my way. Until I'm ready to accept consequences of getting married.
Share:

Throwback Zaman SMP 😅

*Tulisan ini sudah tertunda 2 bulan untuk di-publish

Beberapa hari lalu, aku sempat memikirkan perjalanan hidupku selama ini. Lalu aku sadar kalau my peak season adalah masa SMP. Hampir semua aktifitas yang ada ku coba dan ikuti. Menurutku pribadi, sekolah swasta itu lebih baik dalam mengembangkan potensi masing-masing siswa. Sekolah banyak menyediakan aktivitas yang wajib maupun nggak wajib yang diikuti semua siswa sehingga nggak ada tuh yang namanya siswa yang terlantar. Bersyukur banget orang tuaku menyekolahkanku di sekolah swasta islam yang bagus. Apalagi waktu aku baru saja naik ke SMA negeri, terasa banget perbedaannya. Guru di SMP hafal seluruh muridnya baik yang diajar maupun tidak (paling tidak selama 3 tahun aku sekolah disana). Dan sampai sekarang, kalau cerita tentang permasalahan kami diberi saran yang sesuai dengan karakter masing-masing. Guru SMA boro-boro tau nama, kelas apa aja nggak bakal hafal hahaha. Bisa jadi karena muridnya kebanyakan sih.

Akhirnya aku mulai cari-cari foto di facebook tapi ternyata dapatnya nggak banyak. Ya udah lah, mau bagi-bagi cerita sedikit pengalaman-pengalamanku di SMPIT Harapan Bunda :)

  • Di awal kelas 7, pasti ada ospek kan. Namanya Watasiwa (Waktu Taaruf Siswa). Ingat banget dulu malam-malam ada perenungan, dibawa ke kuburan. Terus kami disuruh ambil papan yang ditulis nama orang tua masing-masing. Ada drama dikagetin lah, pocong-pocongan juga ada. Tapi aku kayak biasa aja gitu hahaha. Paginya kami disebar ke beberapa pasar di sekitar Semarang buat jualan hasil karya sendiri. Jadi kami diantar pakai angkot, tapi nggak boleh bawa uang. Uang hasil jualan itu yang buat biaya kami pulang. Aku dapet di Pasar Mranggen dan waktu itu prakaryaku nggak banget lah. Terus pada bantu-bantu cuci piring, ngamen, bantu angkat-angkat gitu biar dapet uang.
  • Acara tahunan di sekolahku itu ada Hiking dan Camping, gantian tiap tahun. Tahun pertama dapet Hiking ke Ungaran, lebih tepatnya cuma sampai Desa Promasan sih. Berangkat lewat Camp Mawar, turunnya lewat Nglimut. Seru banget deh lewatin kebun teh. Masih bocil bawa barang buat hiking 3 hari jadi kayak tenggelem gitu. Terus kami sholat malam sama subuh di goa Jepang hihihi. Tahun depannya giliran camping. Yang paling aku ingat itu ada kayak materi survival, kami disuruh nangkap belalang terus dimakan hidup-hidup. (Tapi masih mending daripada jaman adekku, suruh nangkep ayam sendiri, nyembelih sendiri. Kasian hahaha). Oiya terus tendanya itu kebanjiran gara-gara belum dibuat selokannya. Akhirnya sambil hujan-hujanan gali selokan deh.



  • Well, dari SD aku emang dasarnya suka pramuka dan Alhamdulillah dapet kesempatan untuk ikut Kemah Wilayah JSIT Jateng-DIY di Banjarnegara. Naik bis dari Semarang terus nginep dulu di homestay buat transit baru besoknya masuk ke area lomba. KM disana itu jelek banget, akhirnya kami selalu dibawa keluar tiap hari buat mandi di masjid. Lalu ada kejadian yang buat aku memorable banget. Kan ada regu cowok-cewek, punya kita namanya Musang-Zinnia. Waktu mau PBB, kami dapat giliran pertama. Musang udah tampil keren banget. Dan Zinnia udah kayak sorak-sorak nyemangatin. Giliran Zinnia, lapangan di sebelah juga mulai ada regu yang PBB. Jadinya suaranya saling bertabrakan dan suara Anis, ketuaku, nggak kedengeran (Ceritanya di dalam ruangan, jadi suaranya mantul-mantul). Waktu formasi, duar.. nggak kedengaran instruksinya dan ancur banget. Pokoknya disitu udah pada bisik-bisik nggakpapa, nggakpapa. Begitu selesai dan keluar ruangan, pada nangis semua. Ditenangin sama ust/usth sama Musang, tapi mood-nya udah jelek banget pokoknya. Akhirnya kami langsung dibawa ke homestay terus nginep disana. Tapiii aku nggak tau ada keajaiban apa, akhirnya kami menang dong. Nangis lagi deh, kayak nggak percaya gitu. Udah ngerasa gagal banget ternyata menang, wow!


  • Kalau yang ini, ceritanya kita lagi lomba di Ihsanul Fikri, Magelang. Nginepnya di rumah eyangnya Kendy yang baik banget. Tiap hari dimasakin, dibuatin jajanan pasar, enak banget deh. Terus pernah dikirimin papanya Venzo KFC juga hahaha. Disini aku ikut lomba LCC Agama Islam, ceritanya sebagai perwakilan dari Semarang karena Juara 1 Kota. Tapi di final yang Juara 1 itu dari Bina Amal yang kita kalahin waktu tingkat kota. Berasa malu banget gitu :( Tapi ya udah lah ya namanya juga pengalaman 👍
    *Nggak tau siapa yang ngedit, tapi cuma punya ini*

  • Aku lupa ini waktu udah tingkat akhir atau aku udah lulus ya. Ceritanya mau pelantikan pramuka dan aku sebagai alumi pramuka, terus aku jalan dari sekolah sampai Simpang Lima dari jam 2-an kalau nggak salah (lumayan cuy 9 km).


  • Waktu udah mau akhirussanah, ada yang namanya Rihlah. Acaranya bebas sih tergantung angkatan. Di angkatan aku, kami seangkatan sewa villa di Bandungan terus ya udah deh acara bbq-an malam-malam disana. Ada kata-kata perpisahan dari guru-murid sama pertunjukan kelas. Paginya, kami ke Candi Gedong Songo. Cuma karena aku udah sering akhirnya cuma foto-foto aja deh di bawah.




  • Tiap tahun di sekolahku juga ada Pelajaran Luar Sekolah. Aku udah lupa sih sebagian besar. Cuma ingat pernah ke desa wisata seni buat belajar gamelan, tari jawa, ada outbound juga. Sama pernah juga ke pantai terpencil di daerah Mangkang buat tanam mangrove.


  • Buat katalog/buku tahunan, kami beneran memberdayakan orang sendiri. Jadi cari tempat sendiri, foto sendiri, cuma minta tolong desain katalog tapi itu aja budget minim banget. Jadinya yaaah sesuai harga hehehe.



  • Terakhir ada akhirussanah. Tempatnya di Hotel Gracia. Akhirussanah tipikal sekolah IT, ada asmaul husna, klasikal tahsin, tahfidz, sama persembahan angkatan. Cuma ini fotoku yang proper untuk ditampilkan, maafkan hehe

Dari sini aku sadar bahwa hidupku sungguh berwarna, dulu. Sejak SMA apalagi kuliah beneran kayak monoton, berangkat pagi, pulang sore. Tapi apapun pilihanku saat ini, itu memang kehendakku sendiri. Jadi nggak pernah menyesal kenapa saat dulu aktif, sekarang enggak.
You just have to be yourself to enjoy your life :)
Share: