
Judul : CURE : A Journey Into The Science Of Mind Over Body
Penulis : Jo Marchant
Penerbit : Crown Publishers, New York
Tahun : 2016
Tebal : 300 halaman
Akhirnya setelah berbulan-bulan selesai juga buku ini. Kenapa bisa berbulan-bulan? Karena walaupun kuliah di rumah, tugas banyak banget. Buku ini selain berbahasa inggris, banyak istilah kedokteran dan psikologi yang aku nggak begitu paham jadi harus diulang-ulang. Jujur saat beli buku ini itu karena butuh bacaan yang nonfiksi biar buat latihan. Ternyata isinya menarik dan untungnya cocok dengan keadaanku sekarang. Buku ini ditulis berdasarkan penelitian, sehingga daftar pustakanya sampai 44 halaman. Jadi pada post kali ini aku akan menulis resume buku ini per-bab. Maaf ya kalau masih ada yang salah atau kurang tepat. Boleh banget kok dibenerin hehehe. So, let's go!
- Introduction
Saat ini, pengobatan fisik masih menjadi pengobatan utama dan mengabaikan pentingnya mind. Pemisahan mind-body terjadi karena body adalah objek fisik yang dapat dipeljari dengan sains sedangkan mind adalah pemberian Tuhan sehingga tidak dapat dipelajari dengan sains. Tapi apa benar pikiran tidak bisa memengaruhi tubuh kita? - Faking It. Why nothing works.
Placebo effect, a statistical anomaly or not, combined with a morally dubious phenomenon in which desperate or gullible people are fooled inti thinking they are better when they really aren't. Efek ini memberikan hasil seolah-olah kita telah diobati, padahal tidak diobati atau obat yang kita konsumsi adalah palsu. Hal ini berkaitan dengan pikiran kita yang menganggap kita telah diobati sehingga sudah baik-baik saja. Kenyataannya, bahwa tubuh kita dapat memproduksi sendiri obat yang diperintahkan oleh otak. Tetapi ada limitasi placebo effect ini. Any effects caused by belief in a treatment are limited to the natural tools the body has available. Any effects mediated by expectation tend to be limited to symptoms. Ketika merasa sesak dan menggunakan oksigen (palsu), bisa jadi seseorang merasa lega tetapi kandungan oksigen pada tubuh tidak bertambah. Juga pada pengidap diabetes, insulin tidak bisa digantikan. Tumor harus diobati, tetapi konsumsi painkiller bisa dikurangi. Mengapa butuh ini? Karena kebanyakan obat tidak akan membantu kecuali konsumen tahu bahwa dia mengonsumsinya dan tahu apa efeknya. - A Deviant Idea. When Meaning Is Everything.Placebo effects are elusive and ephemeral, rarely disappearing completely but often altering their shape. Perubahan yang terjadi berdasarkan tipenya, dan kekuatannya berbeda pada setiap orang. Placebo effects yang sama bisa menimbulkan efek positif, negatif, atau tidak berefek bergantung pada apa yang dikatakan dan efek tersebut bisa berubah seiring waktu. Hal ini bergantung pada bagaimana pasien menerjemahkannya. Semakin dramatis pengobatan, efeknya semakin baik. Placebo yang berefek negatif disebut "Nocebo". The nocebo effect is abiological message that we can't ignore, triggered by psychological cues in our enviroment that something is wrong. Contohnya adalah histeria massal yang terjadi mulai dari satu orang. Placebo effects dependent on the beliefs and attitudes of their caregivers. Words, gaze, silence, body language, all important. Dengan hal seperti itu, efek ini memberi jalan untuk memaksimalkan kualitas hidup.
- Pavlov's Power. How To Train Your Immune System.Ketika kita membayangkan memakan lemon, mulut kita akan memproduksi air liur lebih banyak. Hal ini disebut "conditioning" dimana sinyal pikiran yang membuat adanya respon fisik. Anticipatory responses mempersiapkan kita untuk suatu kejadian biologis. Dahulu, sistem imun dan sistem saraf dianggap sistem indpenden yang berbeda. Ternyata saraf terhubung hingga organ imunitas seperti limpa dan timus. Saraf langsung terhubung dengan sel pada sistem imun. Dengan conditioning, dosis obat dapat dikurangi dengan berpikir bahwa itu dosis yang sama sehingga sistem imun memberi reaksi yang sama. Jika terjadi ketakutan akan efek dari obat yang berkepanjangan, conditioning dapat dicoba hingga perlahan-lahan dapat lepas dari obat.
- Fighting Fatigue. The Ultimate Prison Break.
Ketika berolahraga, atau naik gunung, atau aktivitas yang menguras tenaga hingga habis, mengapa masih ada tenaga tersisa seperti untuk berjalan atau bernafas? Why, when it feels as if we're at the breaking point, do we have so much left in reserve? Ternyata ketika merasa capai, sebenarnya masih ada otot yang dapat digunakan. Tetapi otak (central governor) telah membatasinya, membuat tubuh capai dan memaksa berhenti bekerja sebelum adanya sinyal kerusakan terjadi. Pembatasan ini terjadi untuk memastikan tubuh dapat beraktivitas setelah kelelahan hebat. Bisa jadi untuk makan, berjalan, atau berlari jika ada hewan buas. Otak dapat membuat hal-hal yang menakjubkan tetapi juga bisa membatasi. Central governor dilatih untuk mendorong tubuh agar bekerja lebih keras hingga tahu dimana titik maksimal tubuh masing-masing. You don't have to believe what you are feeling and you don't have to believe what your brain is saying. However bad you feel, you can carry on and you can still do better. Permasalahan dimulai ketika adanya pemisahan penyakit biologis atau psikologis. Dengan adanya pemahaman dualistik antara pikiran dan tubuh, maka seseorang harus pergi ke psikiatri untuk penyakit mental dan dokter untuk penyakit fisik. In fact, what is psychological is physical and what is physical has a psychological perception to it. It can be both. - In A Trace. Imagine Your Gut As A River.
Saat ini, hipnotis sudah mulai digunakan sebagai cara pengobatan, terutama untuk penyakit mental. Hypnosis - a state of highly focused attention combined with suspension of peripheral awareness. Alam bawah sadar kita dapat memenuhi sugesti tanpa kita sadari. Berarti alam bawah sadar dapat berperan penting pada kesehatan 'fisik' kita. Contohnya pada penderita Irritable Bowl Syndrom (IBS) yang disebabkan faktor psikologis, hipnoterapi dapat memberi sugesti bahwa penderita yang mengontrol pencernaan, bukan sebaliknya. Tetapi pada penderita IBS yang disebabkan faktor fisis, hipnoterapi harus didampingi dengan obat yang sesuai. - Rethinking Pain. Into The Ice Canyon.
Otak memiliki kapasitas fokus kesadaran yang tetap. Kita tidak bisa menambah atau menguranginya tetapi kita bisa memilih kemana kita akan memfokuskannya. Jika kita fokus kepada rasa sakit, maka sakit itu akan sangat terasa. Jika kita fokus pada hal lain yang lebih menyenangkan, rasa sakit akan terkubur oleh perasaan senang. Salah satu yang dikembangkan adalah penggunaan VR sebagai media pembiusan. Dengan menampilkan pemandangan atau game yang disukai pasien, bisa mengurangi penggunaan painkiller. - Talk To Me. Why Caring Matters.
Sebagai pasien, seringkali keadaan mental kita di-nomordua-kan. Asalkan sudah menandatangani surat persetujuan, semuanya akan diserahkan ke tim medis. Padahal ketika meningkatkan komunikasi (seperti memberi support pada ibu melahirkan, mengubah cara berbicara dengan anak kecil, atau membicarakan rencana ke depan pada pasien yang sakit parah) dapat membuat perubahan yang menakjubkan. Ketika tim medis memprioritaskan psikologi pasien, mereka akan memiliki pengalaman yang lebih baik dengan harga yang lebih murah. Pasien akan jarang mengalami komplikasi, sembuh lebih capat, dan hidup lebih lama. Mereka yang merasa sendirian dan takut tidak akan berhasil sebaik mereka yang merasa didukung, aman, dan terkendali. - Fight Or Flight. Thoughts That Kill.
Fight or flight adalah sistem pertahanan tubuh saat mendapat ancaman untuk melawan (fight) atau pergi (flight). Sistem ini terbentuk atas respon pada trauma fisik atau stress yang pernah terjadi. Jika menghadapi situasi fight or flight, tubuh akan meningkatkan sistem imun salah satunya cortisol. Dalam kondisi stress berat, cortisol akan terus dilepas ke tubuh hingga tubuh tidak bisa meresponnya. Ketika sistem imun diluar kontrol, akan terjadi alergi, inflamasi, dan lainnya. Pada wanita, semakin besar rasa stress maka telomer pada kromosom semakin pendek. Selain menyebabkan penyakit, stress juga mempercepat penuaan. Anak-anak sangat riskan terhadap telomer yang pendek karena dipengaruhi hormon stress ibu sejak dalam kandungan. Stress dari eksternal -seperti hutang, hubungan dengan orang lain, atau anak yang bermasalah- tidak secara langsung merusak tubuh. Yang membahayakan adalah bagaimana cara merespon permasalahan tersebut, dan itu bisa kita kontrol. - Enjoy The Moment. How To Change Your Brain.
Mindfulness-being aware of you own thoughts and surroundings. Pikiran negatif itu bisa men-trigger respon stress pada tubuh kita loh. Semakin stress, maka pikiran negatif akan datang terus. Mindfulness membantu pikiran negatif agar tidak muncul dengan membuat kita aware bahwa pikiran negatif itu tidak selalu merepresentasikan kenyataan. Sehingga kita dapat berpikir lebih rasional. We can have thoughts, but we don't have to be ruled by them. Salah satu saran agar kita dapat mengontrol pikiran; apabila tidak bisa melakukan sesuatu, berhenti, bernafas selama 3 menit, lalu coba lagi. - Fountain Of Youth. The Secret Power Of Friends.
Komunikasi itu penting. Orang yang bersosialisasi dengan baik dapat berumur lebih panjang. Telomer pada kromosom juga lebih panjang. Orang yang socially isolated dapat meninggal lebih cepat, bahkan lebih berbahaya dari obesitas. Loneliness bukan berarti tidak berhubungan sama sekali. Tapi tentang apa yang mereka rasakan. Bisa jadi mereka di antara manusia lain, tetapi mereka merasa sendiri. Bersosialisasi, terutama pada masa tua dapat memperbesar hippocampus. Serta potensi penyakit yang berkaitan dengan usia menjadi berkurang. - Going Electric. Nerves That Cure.
Biofeedback adalah teknik untuk mengendalikan respon tubuh yang tak terkendali. Ada beberapa tipe biofeedback salah satunya Heart Rate Variability (HRV) biofeedback yang menggunakan peningkatan HRV untuk menurunkan tekanan darah. Respon ini adalah kebalikan dari fight or flight. Sistem saraf parasimpatis menenangkan tubuh setelah adanya keadaan darurat dan mengembalikan kesetimbangan tubuh saat keadaan tidak darurat. Komponen utama sistem ini adalah saraf vagus yang salah satu tugasnya adalah sebagai rem pada jantung. Ketika sesuatu yang dianggap ancaman sudah terlewat, saraf vagus akan mengirim pesan ke otak. - Looking For God. The Real Miracle Of Lourdes.
Penelitian menyatakan bahwa menjadi relijius mengantarkan kepada emosi dan kesehatan fisik yang lebih baik. Kemungkinan lebih kecil untuk terkena penyakit, mempercepat recovery, serta mengurangi penggunaan obat. Orang relijius biasanya hidup lebih sehat, bisa jadi karena perintah agama. Agama membantu penganutnya untuk memahami dirinya sendiri. Seperti cinta, empati, persatuan, yang dapat bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Penelitian juga menemukan bahwa telomerase lebih kuat pada orang yang memiliki sense of control and sense of purpose in life. "Religion is a powerful mix of all the ways in which the mind can benefit health, including social connection, stress reduction and placebo effects". - Conclusion.
Otak kita mengontrol banyak aspek psikologi, termasuk apa yang tersedia dalam tubuh kita seperti hormon, natural painkillers, hingga sistem imun, untuk meredakan gejala dan melawan penyakit. Otak kita menggunakan persepsi atas lingkungan kita untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Walaupun pikiran mempunyai peran penting atas kesehatan kita, tidak berarti pikiran kita dapat menyelesaikan semua permasalahan, atau kita bisa men-judge pengobatan yang ada. Tetapi kita punya kapasitas untuk memengaruhi kesehatan dengan mengontrol pikiran kita. Pengobatan fisik memang tidak bisa dihindari, tapi tidak ada salahnya memperlakukan pasien sebagai "manusia yang kompleks" daripada hanya sekedar badan yang perlu diobati. By understanding how our minds influence and reflect our physiology, perhaps we can finally resolve that paradox and live in tune with our bodies in a way that is based on evidence, not delusion.
0 komentar:
Posting Komentar